A.
PENGERTIAN KECEMASAN
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa
Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam
teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri (Lazarus, 1961). Menurut Post
(1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang
ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan,
kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud
(dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu
perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu
seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud, kecemasan
melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi
fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap
berbahaya.
Kelly mendefinisikan kecemasan sebagai “kesadaran bahwa
kejadian-kejadian yang harus dihadapi terletak di luar jangkauan kesesuaian
system konstraknya.” Manusia lebih mudah merasa cemas ketika mengalami kejadian
baru. Kecemasan patologis muncul saat konstrak pribadi yang tidak cocok tidak
bias ditoleransi lagi sehingga system konstraknya hancur. Konsekuensi
fragmentasi Kelly menyatakan bahwa manusia dapat mengatasi subsistem konstrak
yang tidak cocok satu sama lain.
Menurut Bryne (1966), bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang
dialami individu, seperti apabila ia mengalami ketakutan. Pada kecemasan
perasaan ini bersifat kabur, tidak realistis atau tidak jelas obyeknya
sedangkan
pada ketakutan obyeknya jelas.
Menurut Hurlock (1990), kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir,
gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya
perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu,
merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.
Menurut Kartono (1997), ketidakberanian individu dalam menghadapi
suatu masalah dan ditambah dengan adanya kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas
merupakan tanda-tanda kecemasan pada individu.
Pendapat ahli lain Havary (1997), berpendapat bahwa kecemasan
merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan. Apabila
orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi
tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Kondisi-kondisi atau situasi
yang menekan akan memunculkan kecemasan.
Lefrancois (1980) juga menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi
emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja,
menurut Lefrancois, pada kecemasan bahaya bersifat kabur, misalnya ada ancaman,
adanya hambatan terhadap keinginan pribadi, adanya perasaan-perasaan tertekan
yang muncul dalam kesadaran. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Lefrancois
adalah pendapat Johnston
yang dikemukakan oleh (1971) yang menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi
karena kekecewaan, ketidakpuasan, perasaan tidak aman atau adanya permusuhan
dengan orang lain. Kartono (1981) juga mengungkapkan bahwa neurosa kecemasan
ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguhpun
tidak ada rangsangan yang spesifik. Menurut Wignyosoebroto (1981), ada
perbedaan mendasar antara kecemasan dan ketakutan. Pada ketakutan, apa yang
menjadi sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan pada
kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan tegas, jelas dan
tepat.
Cluster (dalam Douglas, 1990:107)
mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan reaksi individu yang tertekan dalam
menghadapi kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi. Seperti yang diungkapkan
dalam kamus psikologi oleh Chaplin (1989,32) bahwa kecemasan adalah perasaan
campuran berisikan ketakutan dan kekhawatiran mengenai masa-masa mendatang
tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.
Menurut Kartono (2002: 129), “kecemasan adalah semacam kegelisahan,
kekhawatiran, dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau
baur, dan mempunyai ciri-ciri yang mengazab pada seseorang”, dapat disimpulkan
sebagai perasaan yang tidak tenang. Sedangkan menurut Prasetyono (2007:11)
“kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur,
yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau
ketegangan (stress) seperti perasaan (frustasi) dan batin (konflik batin)”.
Hampir sama dengan pendapat Kartono, Prasetyono juga menjelaskan bahwa
kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak stabil,atau perasaan yang tidak
tenang.
Dan menurut Laksmiwati (1999:37) “kecemasan adalah keadaan emosi
yang tidak menyenangkan disertai perasaan khawatir, perasaan terancam akan
datangnya bahaya yang sumbernya tidak jelas dan bisaanya diikuti oleh
peningkatan fungsi fisiologis dan bermacam-macam gejala tubuh”. Laksmiwati juga
menjelaskan bahwa kecemasan adalah sikap/ perasaan takut/ tidak tenang akan
kejadian-kejadian yang belum terjadi. Sikap seperti ini bisaanya dikarenakan
trauma atau rasa bersalah terhadap sesuatu.
Selain itu masih ada beberapa pendapat lagi penjelasan tentang
pengertian kecemasan diantaranya adalah:
Menurut Homepathy (dalam Ramaiah,2003:81) “kecemasan adalah hasil
pikiran tidak nyaman yang bereaksi terhadap keadaan yang kelihatannya negatif
bagi seseorang tetapi tidak mengancam secara terbuka”. Kecemasan merupakan
“suatu perasaan campuran yang berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai
masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutannya” (Chaplin,2002).
“Rasa cemas juga merupakan keadaan mental yang tidak enak berkenaan karena
pikiran-pikiran negatif dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan”
(Hurlock,1978:221). “Cemas juga merupakan suatu perasaan tidak tentram hati
(rasa khawatir, dan takut) dan diikuti oleh rasa gelisah” (KBBI edisi
kedua,1995:85).
Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah
suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan dan kekhawatiran yang
berlebihan dan diakibatkan oleh rangsangan tertentu sehingga mengalami berbagai
tekanan,stress dan pertentangan batin atau konflik batin.
B. TEORI TENTANG KECEMASAN
Kecenderungan
biasanya berhubungan dengan rasa murung yang tidak efektif. Anda memilih untuk
menjadi khawatir akan sesuatu dimana tidak ada yang dapat anda lakukan mengenai
sesuatu itu. Anda menghadapi ketakutan mengenai apa yang mungkin terjadi bukan
pada realitas dari apa yang mungkin terjadi bukan pada realitas dari apa yang
mungkin terjadi. Ada suatu penolakan umum untuk mengakui kekurangan pengawasan
anda atas suatu situasi atau orang.
Kecemasan adalah
sebagai suatu akibat dari penghindaran atau kondisi pelepsan diri. Karena
pengalaman-pengalaman yang lalu dengan penguat negatif, ada suatu kecenderungan
untuk tidak dengan sengaja mengalami cemas dimana anda menjadi sadar akan
perangsang pembeda yang tertentu. Kondisi seperti itu biasanya sebagai akibat
dari suatu penolakan atau tuntutan-tuntutan serba sempurna dari orang tua,
penggunaan hukuman, bukan hadiah dan pujian. Akibat sekunder dapat berbentuk
pemindahan jasmani atau kejiwaan atas ketidakmampuan menghadapi situasi yang
menimbulkan kecemasan itu.
Timbulnya kecemasan
adalah suatu indikasi bahwa mekanisme pertahanan melemah dan anda secara
relatif debat kepada suatu daerah yang mengancam. Ancaman itu mungkin timbul
dari salah satu id atau super ego anda, dan secara umum kurangnya keharmonisan
diantara keduanya.
Kegagalan untuk
memenuhi bagian psikologis dari kebutuhan fisiologis dan atau kebutuhan rasa
aman kita. Jika bagian psikologis hilang, ada suatu kesadaran atas kurangnya
kegairahan untuk hidup. Suatu ketakutan bahwa kehidupan hanya berupa kontes
penderitaan.
C.
FAKTOR PENYEBAB
KECEMASAN
Banyak faktor yang menyebabkan orang mengalami kecemasan, menurut
Kartono (2002: 130) kecemasan disebabkan oleh rasa bersalah dan berdosa serta
konflik-konflik emosional yang serius dan kronis berkesinambungan.
Frustasi-frustasi dan ketegangan batin. Sedangkan menurut Tallis cemas disebabkan karena situasi tertentu yang dianggap
sebagai ancaman karena mengandung satu atau lebih banyak kemungkinan yang
buruk. Rasa cemas dapat terjadi karena keadaan mental yang tidak enak berkenaan
karena pikiran-pikiran negatif dengan sakit yang mengancam atau yang
dibayangkan” (Hurlock,1978:221).
Menurut Ramaiah (2003: 11) ada empat faktor utama yang mempengaruhi
kecemasan yaitu:
a.
Lingkungan atau tempat tinggal
mempengaruhi cara berfikir tentang diri sendiri ataupun orang lain, hal ini bisa
saja disebabkan dengan keluarga, sahabat dan lain-lain. Kecemasan timbul jika
merasa tidak aman terhadap lingkungan.
b.
Emosi yang ditekan, kecemasan
bisa terjadi jika tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan dalam
hubungan personal.
c.
Sebab-sebab fisik, pikiran dan
tubuh senantiasa berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
d.
Keturunan, sekalipun gangguan
emosi ada yang ditemukan dalam keluarga-keluarga tertentu, bukan merupakan
penyebab penting dari kecemasan.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kecemasan dapat ditimbulkan oleh konflik-konflik emosional, frustasi-frustasi
dan ketegangan-ketegangan batin yang dalam situasi tertentu dianggap sebagai
ancaman yang banyak mengandung kemungkinan-kemungkinan yang buruk dari pikiran-pikiran
negatif yang timbul.
D. TANDA-TANDA ORANG CEMAS
Untuk mengetahui kecemasan seseorang dapat dilihat dari gejala dan
tanda-tanda yang ada. Menurut Kartono (2002: 130) gejala-gejala pengikut pada
kecemasan dan equivalent kecemasan antara lain : gemetar, keringat
dingin, mulut jadi kering, membesarnya anak mata atau pupil, sesak nafas,
percepatan nadi dan detak jantung, mual, muntah, murus atau diare dan
lain-lain. disimpulkan bahwa tanda-tanda orang cemas dilihat dari fisiknya
adalah, gemetar, berkedutan, sakit kepala, nafas pendek, pucat berkeringat
kedinginan, muntah-muntah, diare, dan sulit menelan.
Eysenck H.J (dalam Hartono, 2003: 13) menyatakan bahwa: orang-orang
yang introvert itu memperlihatkan kecendrungan untuk mengembangkan gejala-gejala
ketakutan dan depresi, ditandai oleh kecendrungan obsesi, mudah tersinggung,
syaraf otonom mereka labil. Menurut penyataan mereka sendiri perasaan mereka
gampang terluka, mudah gugupan, menderita rasa rendah diri, mudah melamun,
sukar tidur. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa tanda-tanda orang cemas
secara psikilogis dapat dilihat dari: mudah tersinggung, mudah gagap, merasa
rendah diri, muadah melamun, sukar tidur, takut.
Simtom-simtom somatis yang dapat menunjukkan ciri-ciri kecemasan menurut
Stern (1964) adalah muntah-muntah, diare, denyut jantung yang bertambah keras,
seringkali buang air, nafas sesak disertai tremor pada otot. Kartono (1981)
menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat
mudah tersinggung dan marah, sering dalam keadaan excited atau gempar gelisah.
Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) menyebutkan bahwa manifestasi
kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini.
- Manifestasi
kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang
malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
- Perilaku
motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti
gemetar.
- Perubahan
somatik, muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki dingin,
diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan
lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak
jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah.
- Afektif,
diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda
orang cemas dilihat dari fisiknya adalah syaraf otonom labil, gemetar,
berkedutan, sakit kepala, nafas pendek, pucat berkeringat kedinginan,
muntah-muntah, diare, dan sulit menelan. Tanda-tanda orang cemas secara
psikilogis dapat dilihat dari: mudah tersinggung, mudah gagap, merasa rendah
diri, muadah melamun, sukar tidur, takut.
E.
JENIS-JENIS KECEMASAN
Menurut Whitehead (dalam Hariyono, 2000: 17), kecemasaan terbagi 3
yaitu:
a.
Kecemasan normal, terjadi
sebelum suatu peristiwa penting atau dalam situasi yang dikenal sebagai pembangkit kecemasan.
b.
Kecemasan fobia, yang
ditimbulkan oleh objek atau situasi yang bisanya tidak menyebabkan kecemasan.
c.
Kecemasan mengambang bebas,
fenomena fisik dan perasaan terjadi tanpa sebab yang jelas.
Selanjutnya, Jersild (1963) menyatakan bahwa ada dua tingkatan
kecemasan. Pertama, kecemasan normal, yaitu pada saat individu masih menyadari
konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas. Kedua, kecemasan neurotik,
ketika individu tidak menyadari adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab
cemas, kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk pertahanan diri.
Menurut Bucklew (1980), para ahli membagi bentuk kecemasan itu dalam
dua tingkat, yaitu:
- Tingkat psikologis.
Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti
tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan
sebagainya.
- Tingkat fisiologis.
Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala
fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung
berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Freud mengemukakan adanya 3 (tiga) macam kecemasan (dalam Corey,
2005:17), yaitu:
a.
Kecemasan Realistis
Adalah
ketakutan terhadap bahaya dari dunia luar dan taraf kecemasan sesuai dengan
taraf kecemasan yang ada.
b.
Kecemasan Neurotis
Adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman
bagi diri sendiri.
c.
Kecemasan Moral
Adalah kecemasan kata hati atau ketakutan terhadap hati nurani yang
cenderung merasa berdosa bila melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
norma-norma moral.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan
terdiri dari 3 (tiga) macam baik
kecemasan normal, kecemasan fobia, kecemasan mengambang bebas atau kecemasan
realistis, neurotis, kecemasan moral adalah kecemasan kata hati.
Dari penelitian ini kecemasan saat dipanggil ke ruang BK termasuk
jenis kecemasan kecemasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia
luar karena klien berpikiran suatu hal yang negatif yang dilakukan dan
menurutnya bertentangan dengan norma-norma atau peraturan.
Tabel Variabel Kecemasan
Variabel
|
Sub Indikator
|
Indikator
|
Kecemasan
|
1. fisiologis
2. Psikisis
|
a.
Detak
jantung cepat
b. Gangguan pernafasan
c.
Berkeringat
d. Sering buang air
kecil
e.
Gangguan
pencernaan
f.
Gemetar
a. Gelisah
b. Khawatir
c. Tegang
d. Takut
e. Sulit konsentrasi
f.
Gugup
|
F.
CARA MENGATASI KECEMASAN
Ada beberapa cara dalam mengatasi kecemasan:
1.
Anda harus
menyadari akan ketakutan dan kecemasan
2.
Mengubah
saklar dari negatif menjadi positif
3.
Mempersiapkan
diri sebelum menjalankan tugas apa pun
4.
Menerima
kecemasan sebagai bagian dari hidup manusia
5.
Menceritakan
kecemasan anda kepada orang yang empati dan penuh pengertian terhadap kecemasan
anda
6.
Tariklah
nafas anda melalui hidung dan tahanlah diperut lalu lepaskan secara pelan-pelan
melalui mulut minimal 3 kali, dan lakukan hal ini setiap kali anda melakukan
tugas di depan publik.