1.
Masalah Kurang Meratanya Pendidikan
Belum meratanya pendidikan bagi warga
Negara merupakan masalah yang belum terselesaikan. Wayan mengemukakan kualitas,
proses, dan hasil pendidikan belum merata antara daerah-daerah di tanah air,
antar kota, terutama di Jawa dan luar Jawa. Pendidikan di Indonesia saat ini
belum dapat mengangkat kualitas hidup warga Negara yang pada umumnya
berkemampuan sedang atau kurang. Pendidikan mungkin baru dapat mengangkat
mereka yang mempunyai kemampuan unggul saja.
Usaha untuk meningkatkan pemerataan
memperoleh pendidikan adalah melalui desentralisasi. Desentralisasi di bidang
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pemerintah daerah beserta
masyarakatnya untuk berperan serta dalam pendidikan. Peran serta masyarakat
dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun lembaga, seperti yayasan,
organisasi masyarakat, atau pihak swasta.
2.
Masalah Rendahnya Mutu Pendidikan
Masalah ini sangat memprihatinkan,
hal ini tercermin dari hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat SD yang
dilakukan oleh organisasi Internasional Education Achievement (IEA),
menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 38 dari 39 negara peserta
studi. Sedang kemampuan matematika SMP di Indonesia berada pada urutan 34 dari
38 negara, untuk kemampuan ilmu pengetahuan alam (IPA) hanya berada pada urutan
32 dari 38 negara peserta. Sedang dari ukuran Hum Dev Indeks menunjukkan
rendahnya kualitas SDM Indonesia yakni menunjukkan pada peringkat 109 dari 174
negara.
Upaya peningkatan mutu pendidikan
dapat dilakukan dengan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi. Hal ini
diharapkan masing-masing daerah termasuk warga masyarakatnya lebih terpacu
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memasuki persaingan
global tersebut.
3.
Masalah Efisiensi
Sistem pendidikan dikatakan efisien
bila dengan menggunakan segala sesuatu yang serba terbatas namun dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Pada hakikatnya masalah efisiensi adalah
masalah pegelolaan terutama memanfaatkan sumber dana dan sumber daya yang ada.
Hal ini nampak dengan banyaknya murid yang drop out, anak yang belum memperoleh
pendidikan, anak yang tinggal kelas, terbelakang dan penyandang cacat atau yang
sangat cerdas.
Salah satu upaya untuk mengatasi
masalah ini yaitu dengan peran serta perorangan, masyarakat, dan swasta dalam
menyelenggarakan pendidikan. Di samping itu diupayakan agar peran serta
masyarakat yang tergolong miskin dapat dibantu secara subsidi silang dari
masyarakat yang tergolong kaya.
4.
Masalah Relevansi
Relevansi adalah masalah kesesuaian
antara hasil pendidikan dengan tuntutan lapangan kerja, kesesuaian antara
sistem pendidikan dan pembangunan nasional, serta antar kepentingan
perseorangan, keluarga dan masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Melalui pendidikan hendaknya dapat dihasilkan generasi yang terampil,
cerdas, berpengetahuan luas sehingga dapat berperan dalam menunjang pembangunan
nasional di segala bidang.
Untuk memenuhi harapan tersebut
diperlukan keterpaduan, antara perencanaan, pelaksanaan dalam pembangunan
khususnya di bidang pendidikan, sebagai contoh pendidikan di sekolah harus
direncanakan berdasarkan kebutuhan nyata dalam gerak pembangunan nasional serta
memperhatikan ciri-ciri ketenagaan yang diperlukan sesuai dengan keadaan
lingkungan di wilayah tertentu.
5.
Masalah Lemahnya Manajemen Pendidikan
.Reformasi pemerintah yang terjadi di
Indonesia
telah mengakibatkan terjadinya penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi
ke desentralisasi. Kejadian ini ditandai dengan pemberian otonomi yang luas dan
nyata pada daerah termasuk pada manajemen pendidikan. Manajemen yang berpusat
pada masa lalu memiliki banyak kendala, misalnya pemberian sarana yang tidak
diperlukan.
Upaya untuk meningkatkan mutu
manajemen sekolah, diterapkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS). MPMBS ini merupakan alternatif sekolah dalam program desentralisasi
bidang pendidikan. Upaya ini ditandai adanya otonomi luas di tingkat sekolah,
partisipasi masyarakat yang tinggi, dan dalam kerangka kebijakan nasional.
Otonomi sekolah diberikan agar sekolah dapat mengelola dengan leluasa,
mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas, dan
sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhannya sendiri. Dengan demikian kebutuhan
sekolah dapat terpenuhi sesuai dengan kondisi dan situasi yang berkembang di
sekolah. Sedangkan masyarakat dituntut berpartisipasi agar mereka lebih
memahami pendidikan, membantu serta mengontrol pengelolaan pendidikan.
.
Membangun Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
a. Aktivitas Guru
Guru
mengajar di sekolah sudah termasuk dalam membangun hubungan dengan masyarakat.
Selain itu aktivitas seperti mengajak peserta didik dalam berbagai acara di
mastarakat dapat membangun hubungan sekolah dengan baik dengan masyarakat.
b. Aktivitas siswa
Membangun
hubungan mayarakat dengan siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
bakti social, membantu masyarakat, dll.
c. Aktivitas Kurikuler
Aktivitas
kurikuler seperti pembelajaran dapat di laksanakan dalam lingkungan masyarakat,
seperti study banding dapat mempererat hubungan sekolah denagn masyarakat.
d. Aktivitas ekstrakurikuler
Hubungan
sekolah dengan masyarakat juga bisa di bentuk melaui kegiatan ekstrakurukuler
seperti palang merah remaja, pramuka, dan kehiatan olahraga.
e. Aktivitas media massa
Media
massa juga berperan dalam membangun hubunagn sekolah dengan masyarakat, seperti
pemasangan iklan,dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar