A.
Riwayat hidup Gordon Allport
Gordon Allport lahir
pada tahun 1987 di Montezuma, Indiana. Dia adalah anak bungsu dari 4
bersaudara. Karena bersifat pemalu dan selalu ingin belajar, dia menghabiskan
masa kecil yang agak terisolasi dari pergaulan. Karena ayahnya adalah seorang
dokter desa, Gordon tumbuh di tengah – tengah pasien, perawat dan petugas
sebuah rumah sakit kecil. Setiap orang bekerja keras. Masa kecilnya angat
menyenangkan dan relatif tidak ada peristiwa yang mengguncang.
Allport sering
mengulang sebuah cerita dalam biografinya. Saat berusia 22 tahun dia pergi ke
wina. Dia berencana bertemu dengan Sigmund freud. Sesampainya di kantor freud,
dia telah di tunggu freud yang sedang duduk. Tidak lama setelah itu, Gordon
tidak bisa diam begitu saja, dia langsung menceritakan pengamatan yang telah
dia lakukan sebelum bertemu Freud. Dia bercerita tentang seseorang bocah laki –
laki diatas bus yang duduk dengan gelisah, karena dia duduk di bangku yang
sebelumnya di duduki seseorang pengemis dekil. Gordon mengganggap hal ini sama
dengan ajaran ibunya untuk selalu menjaga kebersihan. Dia mengatakan bahwa
ibunya adalah tipe guru yang cerdas dan cenderung menguasai. Freud bukannya
menanggapi pengamatan yang dilakukan Gordon ini, tetapi malah melihat cerita
ini sebagai ekspresi dari proses yang lebih dalam dan berasal dari alam bawah
sadar Gordon. Freud langsung berkomentar: “ dan anak kecil itu adalah kamu sendiri,
bukan ?”
Pengalaman ini
menyadarkannya bahwa psikologi ala Freudian kadang – kadang menggali terlalu
dalam, sementara Behaviourisme kadang – kadang malah tidak menggali apa – apa.
Allport meraih
gelar doctor psikologi tahun 1922 dari Harvard, yang mengikuti jejak kakaknya
Floyd, yang kemudian dia menjadi seorang psikolog social terkenal. Kariernya di
habiskan untuk mengambangkan teori, mengkaji persoalan – persoalan social,
seperti prasangka, kecurigaan komunal, dsb, serta mengembangkan tes kepribadian.
Dia meninggal di Cambridge Massachusetts tahun 1967.
B.
Stuktur Kepribadian
1.
Sifat (Trait)
Trait adalah
predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip, suatu
struktur neuropsikis yang memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak stimuli
berfungsi ekuivalen, dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah
laku yang adaptif dan ekpresif.
Sifat-sifat yang terpenting dari trait :
a. Nyata, trait itu bukan konsep abstrak tapi
obyek nyata,yakni struktur neuropsikis.
b. Membuat banyak stimuli berfungsi ekuivalen,mengandung
pengertian bahwa trait itu telah menetapkan orang untuk memandang berbagai
stimulus memiliki makna sama dan merespon stimuli dengan tinkah laku mirip.
c. Mengubah/menentukan tingkah laku,trait muncul
bukan hanya kalau ada stimulus yang sesuai. Tenaga dorongnya bervariasi ,traits
yang kuat memiliki kekuatan motif untuk menggerakan tingkah laku, mendorong
orang untuk mencari stimulus yang sesuai sehingga dapat menampung ekspresi
trait itu.
d. Empirik, trait dapat disimpulkan melalui berbagai
pembuktian empiric, pertama trait disimpulkan dari terjadinya tingkah laku
berulang yang mempunyai makna sama, mengikuti rentangan stimulus tertentu yang
memiliki makna personal yang sama. Kedua ,trait disimpulkan berdasarkan
keajegan tingkah laku. Ketiga , trait disimpulkan dari jawaban atau kegiatan
merespon stimuli kuesioner.
e. Kemandirian yang relative , trait dapat
dikenali bukan dari kemandiriannya, tetapi dari kecenderungan di seputar
operasi pengaruhnya.
Allport membedakan antara trait umum (common trait atau nomothetic
trait) dan trait individual (individual trait):
·
Trait
umum
Sifat-sifat
yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk membandingkan latar
budaya yang berbeda. Asumsi yag mendasari
trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh social.
·
Trait
individual
Manifestasi
trait umum pada diri seseorang, sehingga selalu unik bagi orang itu, konstruk
neuropsikis yang membimbing, mengarahkan dan memotivasi tingkah laku
penyesuaian yang khas. Sifat unik itu merupakan gambaran yang tepat dari
struktur kepribadian seseorang.
Trait individu
atau disposisi pribadi memiliki tingkat generalitas yang berbeda-beda. Ada 3
tingkatan disposisi :
Ø Disposisi cardinal (cardinal disposition)
Sifat luar
biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang, sifat yang sangat berperan dan
mendominasi keseluruhan hidupnya. disposisi Kardinal adalah disposisi yang
mendefinisikan diri seseorang secara praktis.
Ø Disposisi sentral (central disposition)
Kecenderungan
sifat yang menjadi ciri seseorang, yang menjadi titik pusat tingkah lakunya. Disposisi utama adalah sendi penopang kepribadian anda
ketika anda menggambarkan seseorang, anda akan menggunakan kata – kata yang
menunjuk pada disposisi utama ini, misalnya dengan kata – kata pintar, lucu,
bodoh, pemalu, liar, dsb.
Ø Disposisi sekunder (secondary disposition)
Trait yang
semakin tidak umum, dan kurang penting untuk menggambarkan kepribadian .
disposisi utama adalah sendi penopang kepribadian anda ketika anda
menggambarkan seseorang, anda akan menggunakan kata – kata yang menunjuk pada
disposisi utama ini, misalnya dengan kata – kata pintar, lucu, bodoh, pemalu,
liar, dsb.
Allport menyarankan manakala disposisi sekunder itu
hanya bangkit oleh rentang stimulus situasi yang sempit. Lebih tepat disebut
sikap (attitude).
Traits – Habit – Attitude – Type
Allport secara cermat membedakan penggunaan
istilah Traits – Habit – Attitude – Type sebagai sinonim. Traits , Habit ,dan
Attitude semua adalah predisposisi, mereka bias unik, mereka semua produk
factor genetic dan belajar dan masing-masing mungkin mengawali atau membimbing
tingkah laku. Type bias dianggap sebagai
super-ordinasi dari ketiga konsep lainnya.
a. Sifat (Trait) adalah predisposisi untuk merespon
secara sama kelompok stimuli yang mirip,penentu kecenderungan yang bersifat
umum, dapat dipakai dalam lebih banyak situasi dan memunculkan lebih banyak
variasi respon. Trait merupakan kombinasi atau taraf umum dari dua habit atau
lebih.
b. Kebiasaan (Habit) sebagai penentu
kecenderungan habit bersifat khusus ,
hanya dipakai untuk merespon satu situasi atau stimulus dan pengulangan dari
situasi atau stimulus dan pengulangan dari situasi atu stimulus itu.
c. Sikap (Attitude ) lebih umum dibanding habit
tetapi kurang umum di banding trait. Attitude terentang dari yang sangat
spesifik sampai yang sangat umum.
d. Tipe
(Type) adalah kategori nomonetik, dan konsep yang jauh lebihluas dibanding tiga
konsep diatas. Sebagai suatu kategori,
tipe akan mengelompokkan manusia menjadi
beberapa jenis atau model tingkah laku.
2.
Proprium
Proprium
adalah aspek kepribadian yang teoritis lain member nama self atau ego, istilah
yang Allport tidak mau memakainya , karena keduanya sudah diberi makna yang
bermacam-macam oleh banyak teoritis. Proprium adalah sesuatu yang mengenainya kita segera sadar , sesuatu yang
kita fikirkan sebagai bagian yang hangat, sentral, dan privat dari kehidupan
kita. Pengertian proprium ini mencakup semua aspek kepribadian yang menimbulkan
kehidupan emosional individu menjadi berbeda-beda , membuat kehidupan diri
menjadi terpisah dari orang lain. Ada delapan aspek proprium yang kemudian
berkembang bertahap mulai bayi sampai dewasa, yaitu :
·
INDRA JASMANI
Berkembang usia 0 – 2 tahun, yakni merasakan
sesuatu dengan indra, rasa sakit, sentuhan,
dan gerakan. Indra lah yang membuat kita sadar akan keadaan sekeliling
kita.
·
IDENTITAS DIRI
Juga berkembang pada usia 0 – 2 tahun, seorang
bayi mulai menyadari keberadaaannya terus ada. Dia mulai melihat dirinya
sebagai entitas individual, terpisah dan berbeda dengan yang lain.
·
HARGA DIRI
Berkembang di usia 2 – 4 tahun.Di usia ini
kita mulai menyadari bahwa kita bernilai bagi orang lain dan bagi diri kita
sendiri. Berkaitan dengan kompetensi kita.
·
PERLUASAN DIRI
Berkembang di usia 4 – 6 tahun. Ada barang,
orang atau peristiwa – peristiwa tertentu yang ada di sekeliling kita yang kita
anggap penting dan esensial bagi eksistensi kita.
·
CITRA DIRI
Juga berkembang pada usia 4 – 6 tahun. Di
tahap ini diri yang berkembang adalah “ diri yang ada dalam cermin “. Citra
diri adalah kesan yang saya tangkap dari pendapat orang lain.
·
PENGUASAAN RASIONAL
Umumnya di peroleh di usia 6 – 12 tahun. Anak
mulai mengembangkan kemampuannya menyelesaikan persoalan secara rasional dan
efektif.
·
BERUSAHA MEMILIKI
Mencakup tujuan jangka panjang.ini menjadi
tahap akhir, yakni kesadaran eksistensi diri dalam tujuan atau pencapaian
jangka panjang. Pandangannya mengarah pada masa depan, dan untuk itu dia
menyusun rencana masa depan.
·
DORONGAN UNTUK MENGEJAWANTAHKAN DIRI
Biasanya tidak muncul sampai orang berusia 12
tahun. Yaitu pada titik puncaknya adalah kemampuan seseorang menegaskan bahwa
saya adalah tuan bagi hidup saya sendiri.
Self bukan bagian yang terpisah dari
kepribadian, bukan inti atau pusat yang kemudian mengatur, mengorganisir, dan
menjalankan system kepribadian, self bukan kepribadian dalam kepribadiaan.
Manusia hidup selalu dalam proses menjadi unitas, orang tidak pernah mencapai
unitas, tetapi akan berada pada tingkat unitas tertentu.
C.
Motivasi
Dua ciri teori motivasi dari Allport
adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen penting motivasi dan
pendapatnya yang kuat mengenai pentingnya proses kognitif seperti tujuan
(intention) dan rencana (planning) dari motivasi orang dewasa. Manusia pertama
– tama adalah makhluk sadar dan rasional, bukan berdasarkan apa yang
diharapkannya dapat dicapainya, bukan berdasarkan keinginan primitif atau
berdasarkan limbah pengalaman traumatik masa lalu. Indikator terbaik tentang
apa yang akan dilakukan orang sekarang dan masa yang akan datang adalah intensi
orang itu. Motif primitif mungkin berlaku pada bayi, namun sesudah dewasa
terjadi perubahan. Motif yang membimbing tingkah laku dewasa berbeda total
dengan motif yang membimbing tingkah laku bayi. Menurut maslow, motivasi harus
difahami dengan dasar sifat –sifat motivasi barikut:
a. Kontemporer (kekinian), hal masa lalu bisa
menjadi motivasi hanya kalau kini juga menjadi kekuatan pendorong.
b. Pluralistik (kompleks), tidak dapat
disederhanakan menjadi beberapa drive seperti mencari kenikmatan, mengurangi
tegangan, atau kekuatan rasa aman.
c. Melibatkan proses kognitif: membuat
perencanaan tujuan secara sadar.
d. Kongkrit dan nyata: dibatasi secara kongkrit
bukan sesuatu yang abstrak.
Otonomi
Fungsional
Otonomi fungsional (Functional Otonomy) memandang motif – motif orang dewasa
beranekaragam, mandiri sebagai sistem kontemporer, berkembang dari sistem
anteseden tetapi secara fungsional tidak tergantung kepada sistem itu. Suatu
aktivitas atau tingkahlaku mungkin menjadi akhir atau tujuan dari tingkah laku
itu sendiri, walaupun mula – mula terikat dengan alasan lain. Misalnya, tingkah
laku membaca mula- mula terikat dengan tujuan memahami sesuatu, namun kemudian
menjadi otonom – orang membaca karena dia ingin membaca dan puas dengan membaca
(bukan puas karena pengetahuannya bertambah). Walaupun banyak tingkah laku dewasa yang tetap berlangsung
berdasarkan prinsip belajar sederhana, kemasakan diukur dari seberapa jauh
motivasi seseorang menjadi fungsional otonom. Menurut Allport, ada dua tingkat
otonom fungsional:
1.
Otonomi Fungsional Terbiasa (Perseverative Functional Autonomy)
Seperti
adiksi, perbuatan yang diulang – ulang, dan hal yang rutin. Perseverasi adalah
kecenderungan suatu pengalaman mempengaruhi pengalaman berikutnya. Pemabuk akan
minum alkohol tanpa alasan mengapa harus mabuk. Mula – mula remaja belajar
merokok karena ingin “menjadi hero” tetapi sesudah itu ia merokok karena dia
ingin merokok.
2.
Otonomi Fungsiobal Propriate (Propriate Functional Autonomy)
Seperti
minat – minat yang dipelajari, nilai – nilai, sentimen, tujuan, motif – motif
pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup. Alkohol dan teka –teki
silang mungkin menjadi “ciri khusus diri”, tetapi hanya merupakan tempilan luar
atau sisi perifer dari kepribadian, itu bukan propium. Di sis lain: nilai –
nilai, sentimen, minat, pekerjaan dan hobi yang lebih dekat dengan inti
kepribadian. Motivasi yang berhubungan dengan gambaran diri yang lebih esensial
inilah yang disebut motivasi proprium yang fungsional-otonom. Misalnya, seorang
wanita bekerja mula – mula karena ingin mendapat uang. Ketika mulai bekerja,
pekerjaan itu tidak manarik bahkan membosankan. Namun sesudah lewat satu tahun,
dia mengembangkan perasaan cinta kepada pekerjaannya itu, mengorbankan hari
liburnya untuk tetap bekerja, dan mengembangkan hobi yang berkaitan dengan
pekerjaannya itu. Kini, bukan uang yang menahannya di tempat pekerjaan, tetapi
pekerjaan itu sendiri yang menjadi motivasinya untuk bekerja. Otonomi
fungsional propriate dapat ditemukan pada tingkat tertinggi organisasi
kepribadian, suatu organisasi diri yang kompleks yang menentukan seluruh wujud
dari sistem kehidupan yang masak. Bahan utama dari organisasi propriate ini adalah
“perasaan diri bertanggung jawab terhadap kehidupan sendiri”.
Tingkah laku yang bukan otonomi fungsional
Tidak semua tingkah laku dapat dijelaskan
memakai konsep otonomi fungsional. Allport mengemukakan ada 8 jenis tingkah
laku yang dibawah kontrol motif otonomi fungsional, yakni:
1. Tingkah laku yang muncul dari dorongan
biologis- makan, minum, tidur, bernafas dll
2. Refleks – mengedip, mengangkat lutut, proses
pencernaan dll.
3. Peralatan konstitusi – kecerdasan, bentuk
tubuh, temperamen, kesehatan.
4. Habit; beberapa habit termasuk otonomi
fungsional, lainnya tidak ada motif sama sekali.
5. Tingkah laku yang tergantung kepada penguat
primer (primary reinforcement)
6. Motif yang terkait langsung dengan usaha
mereduksi dorongan dasar.
7. Tingkah laku non produktif – kompulsi,
fiksasi, dan regresi.
8. Sublimasi – kalau motif yang asli
disublimasikan ke motif yang lain.
Prinsip
– Prinsip Otonomi Propriate
Otonomi fungsional propriate dapat diperjelas
dengan memahami prinsip – prinsip kerjanya. Menurut Allport otonomi propriate
berfungsi dengan memakai 3 prinsip kerja:
1. Mengorganisir tingkat enerji (Organizing Energy Level): prinsip ini
tidak menjelaskan bagaimana motif berkembang, atau tertransformasi dari motif
yang mendahuluinya. Motif baru atau motif lama yang laten, muncul kepermukaan
karena dibutuhkan untuk membantu mengkonsumsi enerji, agar enerji itu tidak
dipakai untuk hal – hal yang membahayakan atau merusak. Misalnya ketika seorang
remaja tumbuh dan pisah dari keluarga untuk hidup mandiri, dia menemukan banyak
waktu luang, yang harus disalurkan ke minat dan motif yang baru.
2. Penguasaan dan kompetensi (Mastery and Competence): otonomi propriate mendorong orang
mencapai tingkat tertinggi dalam memuaskan motif-nya. Tidak cukup asal puas,
orang dewasa yang sehat dan normal termotivasi untuk melakukan yang terbaik dan
efisien – untuk mempertinggi tingkat kompetensi dan penguasaan.
3. Pola propriate (Propriate Patterning): motif – motif propriate tidak saling
terpisah satu dengan yang lain. Mereka saling tergantung dalam struktur self,
dimana mereka bermukim. Jadi, orang mengorganisir proses persepsi dan
kognitifnya di sekitar self, memperluas self yang propriate dan menolak yang
nonpropriate. Pola propriate adalah usaha untuk memiliki kepribadian yang
konsisten dan intergral.
Hubungan
Antara Otonomi Fungsional Dengan Motivasi Lalu
Proprium tempat beradanya motivasi dan
otonomi fungsional adalah fenomena yang berkembang, sehingga mengesankan
motivasi juga berhubungan dengan masa lalu. Propriumlah yang menentukan bentuk
tingkah laku mana yang akan otonom. Proprium sendiri agar terus berkembang,
berusaha memperoleh kekuatan motivasi yang berakar pada masa kini dan masa yang
akan datang, dan membuang motivasi masa lalu. Pada kebanyakan orang dewasa
motifnya tidak lagi berhubungan secara fungsional dengan akar historis motif
itu. Karena itulah Allport mengukur kemasakan dari seberapa jauh motivasi
seseorang menjadi otonom (dari pengaruh motivasi masa lalu)
Motivasi
Sadar dan Tak Sadar
Allport menekankan pentingnya motivasi
sadar, lebih dari pakar kepribadian lainnya. Orang dewasa yang sehat umunya
sadar terhadap apa yang merea kerjakan dan alasan mengapa mereka melakukannya.
Namun Allport tidak mengabaikan eksistensi bahkan pentingnya proses tak sadar.
Dia mengenali kenyataan adanya motivasi yang didorong oleh impuls masa anak –
anak dan dorongan sublimasi. Menurutnya, hampir semua tingkah laku simptomatik
itu terjadi melalui pengulangan otomatis, biasanya menyalahkan diri sendiri,
dan dimotivasi oleh kecenderungan tak sadar. Tingkah laku semacam itu berasal
dari masa kanak – kanak dan menjadi tingkah laku kekanak – kanakan pada usia
dewasa.
Individu yang sehat, kesadarannya
mengontrol tingkah lakunya. Tingkah laku yang normal itu fungsional otonom dan
dimotivasi melalui proses sadar, terpisah dari motivasi tak sadar sekaligus
memiliki pemicu tingkah laku sendiri. Secara psikologis orang dewasa yang masak
dan sehat sebagian besar tingkah lakunya dimotivasi oleh fikiran sadar,
sehingga peran proses tak sadar dalam tingkah laku sangat kecil.
D.
Perkembangan kepribadian
Jelas dari bahasan otonomi fungsional bahwa
Allport berpendapat ada perubahan signifikan antara anak-anak dengan orang
dewasa. Orang mungkin bisa mengatakan Allport menawarkan dua teori terpisah
mengenai kepribadian: teori pertama adalah teori motivasi model sederhana ,
biologic, peredaan ketegangan, cocok untuk menjelaskan tingkah laku bayi. Teori
kedua adalah model yang lebih kompleks, dibutuhkan untuk menjelaskan tingkah
laku orang dewasa. Di suatu tempat (waktu) antara bayi dan dewasa ada
transformasi lengkap, walaupun tidak dengan tiba-tiba. Orang dewasa yang masak
dan sehat secara kualitatif berbeda dengan bayi; alasan tingkah laku orang
dewasa berbeda total dengan alsan tingkah laku bayi.
1. Perkembangan masa bayi
Allport
memandang bayi yang baru lahir sebagai makhluk hereditas, primitive drive, dan
reflex behavior. Bayi tidak mempunyai kepribadian. Bayi membawa potensi
tertentu, seperti fisik dan temperamen, tapi pemenuhan potensiini menunggu pertumbuhan dan maturasi. Tingkahlaku bayi
sebagian besar dapat dijelaskan sebagai kegiatan umum atau kumpulan
respon-respon yang tidak jelas yang melibatkan semua sistem oto. Bayi dapat
memberi respon spesifik dalam bentuk refkeks, seperti mengisap dan menelan.
Menurut
Allport sumber motivasi tingkah laku bayi adalah arus aktivitas yang mengatur
bayi untuk beraksi. Sesuai dengan tingkat perkembangan bayi, motivasinya lebih
sarat dengan warna biologis; tegangan yang menuntut kepuasan dan menghindar
dari rasa sakit. Berarti,tahun pertama kehidupan itu paling tidak penting dalam
perkembangan kepribadian, walaupun pada pertengahan tahun pertama ini bayi
mulai mengembangkan kualitas tingkah laku yang awet (misalnya perbedaan
ekspresi emosi). Secara umum orok dilahirkan sebagai makhluk biologis. Dia
tidak ahu apa itu lapar, ngompol, dan sakit. Ini disebut Allport sebagai
berpusat pada kesendirian (solo centered), dan bukan berpusat pada diri (self
centered), karena perasaan diri pada masa itu belum ada. Baru dalam tahap-tahap
berikutnya bayi mengembangkan kesadaran diri yang kemudian akan membimbing bayi
mengembangkan motif yang hamper tidak lagi berhubungan dengan motif asli dari
tingkah laku.
2. Perkembangan masa dewasa
Penentu
utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat (trait) yang
terorganisir dan seimbang, yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai
dengan prisip otonomi fungsional. Bagaiman trait itu berkembang tidak penting
bagi Allport, karena dalam usia dewasa mereka memperoleh kekuatan motifnya dari
sumber kekinian. Masa lalu tidak penting,kecuali hal itu tampak dalam dinamik
aktivitas masa kini. Secara umum, trait berfungsi dalam keadaan sadar dan
rasional, mengikuti pola-pola perjuangan menjadi propriate. Jadi, untuk
memahami orang dewasa haru dapat digambarkan lebih dahulu aspirasi dan
tujuan-tujuan hidupnya
3. Kualitas kepribadian yang masak
Tidak
semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya. Orang0orang yang mengalami
gangguan melakukan perbuatan tanpa tahu mengapa perbuatan itu dilakukan;
tingkah laku mereka lebih dekat hubungannya dengan peristiwa anak-anak
alih-alih peristiwa masa kini atau masa yang akan datang. Tingkat seberapa
besar fikiran dan keinginan sadar mengambil alih motivasi taksadar. Dan tingkat
seberapa jauh trait bebas dari asalnya yang kekanak-kanakan adalah ukuran
kenormalan dan kemasakan seseorang. Allport lebih tertarik dengan tingkah laku
normal alih-alih tingkah laku neorotik, dan mengusulkan beberapa penanda
kualitas kemasakan kepribadian berikut;
1. Perluasan perasaan diri (extension of the sense
of self): Kemampuan untuk berpartisipasi dean menyenangi rentang aktivitas yang
luas, kemampuan untuk mengidentifikasikan diri dan interesnya terhadap orang
lain dan interes orang lain kepadanya, kemampuan masuk ke masa depan, berharap
dan merncanakan.
2. Mengakrabkan diri dengan orang lain (Warm
relating of self to others): Kemampuan bersahabat dan kasih saying, keintiman
yang melibatkan hubungan cinta dengan keluarga dan teman, kasih syang yang
diekspresikan dalm menghormati dan menghargai hubungannya dengan orang lain.
3. Keamanan emosional, penerimaan diri (Emotional
security, self acceptance): Kemampuan untuk menghindari aksi berlebihan
terhadap masalah yang menyinggung dorongan spesifik (misaknya menerima dorongan
seks- memuaskan sebaik mungkin – tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan
bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang.
4. Persepsi, keterampilan, tugas yang realistis
(Realistic perceptions, skills, assignment): Kemampuan memandang orang, obyek,
dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah,
memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya,
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau
tingkah laku destruksi lainnya.
5. Objektifikasi diri: insight dan humor (Self
objectivication: insight and humor): Kemampuan untuk memandang secara objektif
diri sendiri dan orang lain. Orang membutuhkan insight – pemahaman yang
mendalam mengenai diri sendiri dan orang lain. Orang juga membutuhkan humor-
menemukan sesuatu yang menyenangkan dan mentertawakan di dunia, menghubungkan
temuannya secara positif dengan dirinya sendiri dan orang lain pada saat yang
sama- melihat ketidakteraturan dan kekacauan pada dirinya dan orang lain.
6. Menyatakan filsafat hidup (Unifying philosophy
of life): Seharusnya ada latar belakang alur keseriusan yang lengkap yang
member tujuan dan makna kepada apapun yang dilakukan orang. Agama adalh salah
satu sumber terpenting dari filosofi semacam itu, walaupun bukan satu-satunya.
E.
Aplikasi
1.
Pendekatan morfogenik
Allport menulis panjang lebar khusus
mengenai metoda yang dipakai pakar-pakar psikologi kepribadian dalam
mengembangkan teorinya. Mungkin dilatarbelakangi oleh banyaknya kritik
metodologik terhadap teori kepribadian, akhirnya dia memujikan pendekatan
morfogenik sebagai metode yang subjektif tetapi memenuhi legitimasi ilmiah.
Allport memulai denagn menginventarisasi metoda yang biasa dipakai pakar-pakar
kepribadian. Ada 11 metode yang menurutnya memenuhi letimasi validitas dan
reliabilitas, semuanya mengacu kepada metode utama ilmu pengetahuan, yakni
pengamatan diikuti dengan interpretasi (observation followed by
interpretation). Metod-metoda yang di maksud adalah:
1. Diagnosis konstitusi dan fisiologi
2. Penelitian keanggotaan, status, dan peran
sosiokultural
3. Dokumen pribadi dan studi kasus
4. Teknik menilai diri
5. Sampling tingkah laku
6. Rating pengamat
7. Tes dan skala kepribadian
8. Tes projektif
9. Analisis dalam: asosiasi bebas dan analisis
mimpi
10. Pengukuran ekspresi tingkah laku
11. Prosedur sinaptik: mengkombinasikan berbagai
teknik asesmen
Metoda-metoda di atas dapat dipakai
untuk melakukan penelitian nomotetik (menemukan hukum-hukum umum fungsi
spesifik individual). Posisi teori Allport sangat menekankan karakteristik
individual dari idiografik, walaupun pendekatan nomotetik tetap dianggap
berguna sebatas membandingkan antar individu. Pendekatan idiografik ini oleh
Allport kemudian dikembangkan menjadi pendekatan morfogenik. Ada dua alasan
pemakaian istilah morfogenik ini, pertama istilah idiografik dipakai oleh banyak
pakar kepribadian dengan makna yang beragam, sehingga sering tejadi salah pakai
dan salah pemahaman. Kedua, idiografik hanya menggambarkan secara deskriptif
hasil amatan, sedang morfogenetik menganalisis pola kepemilikan sifat-sifat
individu, dan melakukan perbandingan antar individu. Metoda-metoda yang dipakai
dalam pendekatan morfigenk murni adalah:
1. Catatan verbatim dari: wawancara, laporan
mimpi, dan pengakuan perbuatan.
2. Buku harian dan surat-surat.
3. Kuesioner dan skala keprbadian dan tes
projeksi.
4. Dokumen ekspresi diri: karangan, lukisan,
corat-coret, tandatangan, lenggang jalan, otobiografi.
5. Jabatan tangan, pola suara, tampang.
6. Tes standar dan skala penilaian diri yang
mengungkapkan sifat/kepribadian, termasuk semimorfogenik kalau lebih
membandingkan aspek-aspek di dalam diri orang itu sendiri, alih-alih membandingkan
dengan orang lain (misalnya pada skor ipsatif).
Gabungan antara dokumen pribadi dengan
data hasil wawancara dan observasi mungkin dapat dianalisis secara
impresionalistik-seperti pada hipotesa psikoanalisis, atau dianalisis memakai
statistic- analisis isi atau analisis factorial. Namun Allport mengingatkan bahwa riset dokumen pribadi
mengandung dua hal penting:
1. Studi dokumentasi pribadi adalah strategi
idiografik untuk mengukur unitas, keunikan, dan konsistensi dari individu.
2. Pendekatan kasus-tunggal memperlakukan
penelitian kepribadian sebagai usaha untuk memahami secara utuh organism dari
sisi pandangan subjektif atau fenomenal. Dampaknya, pendekatan kasus-tunggal
memechkan kekacauan kepribadian dengan memakai pemecahan orang itu sendiri.
2.
Psikoterapi
Bagi
Allport, pribadi yang sehat dan masak adalah orang yang terus menerus dalam
kondisi berubah(becoming), sedang pribadi yang tidak sehat dan tidak masak
adalah mereka yang perkembangannya mandeg. Allport setuju dengan Freud bahwa
perkembangan individu dapat terpenjara sebagai akibat kesalahan hubungan dengan
orang tua, khususnya dengan ibunya pada awal kanak-kanak. Semua orang
membutuhkan keamanan dan perlindungan, dan kekurangan cinta kasih saying dapat
berdampak buruk dan berjangkan lama terhdap pertumbuhan. Untuk mengatasi
kekurangan itu,Allport berpendapat orang harus dapat merasa “diterima dan dikehendaki
oleh terapis, keluarga dan masyarakatnya.” Orng harus merasa dicintai dan
belajar mencintai. Menurutnya, “bentuk terbaik dari terapi adalah memberi cinta
dan menerima cinta.”
Tetapi
itu hanya satu sisi dri gambaran manusia. Ada banyak orang yang memiliki latar
belakang rasa aman dan cinta ternyata belakangan menjadi neurotik. Walaupun
latarbelakang keamanan dan cinta membuat mereka bebas berkembang, masalah lain
muncul merusak. Orang mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan
masyarakat normal, dan sering penyesuaian itu menghalangi pertumbuhan yang
positif. Ini terjadi karena masyarkat sendiri sedang sakit. Kondisi masyarakat
yang penuh ketidakadilan, hipokrit (munafik), perang, perbadaan kelas sosial,
adalah potensial berbenturan dengan aspirasi pribadi. Dampaknya bisa muncul
pembatasan perluasan diri, gambaran diri yang menyimpang, lumpuhnya usaha
menjadi propriate, dan sikap tidak toleran kepada kelompok lain. Mereka juga
menilai dirinya dan tujuan hidupnya berdasarkan nilai-nilai orang lain. Tugas
terpis menurut Allport adalah membantu mereka menyadari sumber-sumber yang
memelencengkan tujuan hidunya, dan membantu mereka mencapai kemasakan dan
kesejahteraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar