A.
RIWAYAT
HIDUP
· Berawal
dari karya tulis Max Wertheimer (1912) dari Jerman, juga psikolog Koffka (1935)
dan Kohler (1940)
· juga
oleh J.B. Watson dari Amerika (1913)
· istilah
“gestalt” dalam bahasa Jerman sebenarnya sulit diterjemahkan ke bahasa2 lain,
tapi bisa diterjemahkan sebagai “shape”; “form”; “configuration”; “pattern”
(dlm bahasa Inggris), atau “bentuk”; “hakekat”; “esensi”; “totalitas” (dlm bhs
Indonesia)
· karena
susah diterjemahkan secara pas, maka disepakati untuk tetap menggunakan istilah
yang original – “Gestalt
B.
HAKEKAT
MANUSIA MENURUT GESTALT
Pendekatan konseling
ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu
keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari
bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,
melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif
terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya.
Setiap individu
memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan
untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya
integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan
konseling ini adalah :
a.
tidak dapat dipahami, kecuali dalam
keseluruhan konteksnya,
b.
merupakan bagian dari lingkungannya dan
hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu,
c.
aktor bukan reaktor,
d.
berpotensi untuk menyadari sepenuhnya
sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya,
3
e.
dapat memilih secara sadar dan
bertanggung jawab
f.
mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya
secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia,
pendekatan ini memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa
lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan
kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Dalam pendekatan ini, kecemasan dipandang sebagai
“kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari
saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka
mengalami kecemasan.
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
C.
PRIBADI
SEHAT
Menurut
Pearls individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan individu bukanlah jumlah
dari bagian-bagian atau organ – organ semata. Individu yang sehat adalah yang
seimbang antara ikatan organisme dengan lingkungan. Karena itu pertentangan
antara kebradaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar teori gestalt
Menurut
Pearls banyak sekali manusia yang mencoba menyatakan apa yang seharusnya dari
pada menyatakan apa yang sebenarnya. Perbedaan aktualisasi gambaran diri dan
aktualisasi diri benar-benar merupakan kritis pada manusia.
Pribadi yang dinyatakan
sehat apabila
1. Sadar
tentang apa yang dilakukan
2. Sadar
tentang apa dirinya dan hambatan yang ada pada drinya
3. Mampu
menghilangkan hambatan dan mengembangkan kesadaran dirinya
4
D.
KONSELING
GESTALT
Proses
konseling teori Gestalt mula-mula diarahkan untuk mendorong mengarahkan konseli
mencapai kesadaran. Kesadaran ini akan menjadi eahana bagi terjadinya
perubahan. Dengan kata lain, perubahan perilaku tidak akan terjadi
sebelumkonseli mencapai kesadaran. Jika konseli dapat memperoleh kesadaran
tentang masalah-masalah yang tak terselesaikan, kekuatan dan sumber-sumber
pribadinya, maka mereka akan menemukan jalan yang mudah menuju pemecahan
masalah dan mencapai perkembangan dan aktualisasi diri. Kesadaran ini khususnya
berkenaan dengan tubuh. Menurut para ahli konseling Gestalt, banyak orang yang
memiliki kecenderungan untuk terlalu menekankan pada kesadaran intelektual dan
mengabaikan pesan-pesan dari tubuh dan inderanya. Oleh karena itu proses
konseling diarahkan pada upaya membangkitkan kesadaran konseli tentang
tubuhnya.
Proses
membangkitkan kesadaran dapat dicapai dengan cara mengembangkan hubungan atau
aliansi terpeutik yang kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek
personal konseli. Hubungan yang ditekankan dalam proses teori Gestalt adalah
hubungan unik yang mereka sebut “saya dan kamu”. Bentuk hubungan ini menuntut
konselor dan konseli untuk sepenuhnya menghayati keadaan pada tataran “disini
dan sekarang”. Konselor bekerja dengan tulus dan menyadari sepenuhnya perasaan,
pengalaman, dan persepsi mereka sendiri, serta membangun iklim hubungan yang
dapat mendorong konseli mengembangkan kepercayaan, kesadaran, dan kesediaan
untuk mencoba cara-cara baru dalam merasa, berfikir, dan bertindak.
Konselor
juga mendorong konseli untuk berperan aktif dalam proses terapeutik dan
mengambil tanggung jawab dalam membuat pilihan atau keputusan berkenaan dengan
informasi mana yang akan ia gunakan dari seluruh informasi yang muncul dalam
sesi-sesi konseling. Dalam hal ini konselor dianjurkan untuk tidak
menginterupsi upaya-upaya konseli dalam memecahkan masalahnya. Namun, ketika
konselor melihat konseli melakukan kesalahan atau menjadi tidak konsisten /
kongruen, konselor dapat mengingatkan hal itu.
5
Garis-garis besar terapi Gestalt
1. Fase pertama : membentuk pola
pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Situasi mengandung komponen
emosional dan intuitif.
2. Fase kedua : melaksanakan pengawasan , konselor berusaha meyakinkan atau memaksa
klien mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Dua
hal yang harus dilakukan :
ü Menimbulkan motivasi pada klien.
ü Menciptakan rapport yaitu hubungan
baik antara konselor dan klien agar timbul rasa percaya klien bahwa segala
usaha konselor itu disadari benar oleh klien untuk kepentingannya.
3. Fase ketiga : klien didorong untuk mengatakan
perasaan-perasaannya pada pertemuan-pertemuan terapi saat ini, bukan
menceritakan masa lalu atau harapan-harapan masa datang.
4. Fase terakhir : setelah klien
memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, perasaannya,
maka terapi ada pada fase terakhir. Pada fase ini klien harus memiliki
ciri-ciri yang menunjukan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik
dan manusiawi. Klien harus memiliki kepercayaan pada potensinya. Menyadari
diriny, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perbuatannya,
perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya
E.
TUJUAN TEORI GESTALT
Secara umum
tujuan konseling Gestalt adalah sama dengan tujuan konseling eksistensial.
Namun secara khusus berbeda. Seligman (2001:265) mengemukakan sejumlah tujuan
khusus konseling Gestalt yang bersifat unik, yakni untuk membantu konseli agar
mampu untuk :
·
Mencapai
kesadaran diri.
·
Menghayati
hidup pada tataran disini dan sekarang.
·
Mengungkapkan
masalah- masalah pribadi yang tak terselesaikan.
6
·
Mencapai
dan memanfaatkan sumber-sumber potensi pribadinya.
·
Mengurangi
ketergantungan pada orang lain atau lingkungan.
·
Meningkatkan
rasa tanggung jawab, membuat pilihan yang tepat dan memperoleh kemampuan diri.
·
Melakukan
kontak yang bermakna dengan semua aspek dirinya, orang lain, dan lingkungannya
·
Meningkatkan
harga diri, penerimaan diri dan aktualisasi dirinya.
·
Menurunkan
polaritas, khususnya polaritas mental dan fisik.
·
Mengembangkan
ketrampilan yang diperlukan untuk mengelola hidupny secara berhasil dengan cara
yang tidak merugikan orang lain.
·
Meningkatkan
sense of wholeness, integrasi dan keseimbangan.
Jadi pada intinya Tujuan konseling
gestalt adalah membantu konseli mencapai kesadaran diri, menerima diri dan
mengintegrasikan kembali bagian-bagian dirinya yang telah ditolak.
F.
TEKNIK
–TEKNIK KONSELING MENURUT GESTALT
Konselor konseling Gestalt menggunakan
banyak tekhnik atau strategi intervensi, namun yang paling banyak dilakukan
adalah eksperimen, penggunaan bahasa, analisis impian, fantasi, bermain peran,
bermain topdog / underdog, interpretasi komunikasi tubuh, dan kelompok. Berikut
adalah uraian singkat tentang tekhnik-tekhnik tersebut.
a.
Eksperimen
Sesuai
dengan namanya, eksperimen berarti mendorong konseli untuk mengalami dan
mencoba cara-cara baru. Melalui tekhnik ini konselor membelajarkan konseli
untuk mengalami dan menghayati kembali masalah-masalah yang tak terselesaikan
ke dalam situasi di sini dan sekarang. Eksperimen dapat dilaksanakan melalui
prosedur bermain peran atau memberikan kegiatan-kegiatan yang harus
diselesaikan oleh konseli pada setiap sesi.
7
b.
Penggunaan
Bahasa
Para
ahli konseling Gestalt memiliki keyakinan bahwa bahasa memainkan peran penting
dalam mempengaruhi perkembangan. Dengan kata lain, penggunaan bahasa yang tepat
merupakan bagian dari tekhnik konseling Gestalt yang esensial. Dengan memilih
kata-kata yang tepat, konselor dapat menciptakan suatu iklim lingkungan yang
dapat mendorong perubahan. Diantaranya bahasa-bahasa yang direkomendasikan
dalam konseling Gestalt antara lain:
Ø Menggunakan
pertanyaan “apa” dan “bagaimana” dan bukan “mengapa.”
Contoh:
“Apa yang Anda alami ketika hal itu terjadi?” atau “Bagaimana perasaan Anda
ketika gagal mencapai apa yang Anda inginkan itu?”
Ø Menggunakan
pernyataan “saya.” Konselor mendorong konseli untuk memusatkan perhatian pada
perasaan dan pengalamannya sendiri alih-alih membicarakan orang atau peristiwa
lain.
Contoh
: “Saya merasa marah” dari pada mengatakan “Ibu saya telah membuat saya marah”
atau “Dalam impian itu saya kehilangan dia” daripada mengatakan “Impian saya
menbuat saya kehilangan dia.”
Ø Menekankan
pernyataan. Meskipun pertanyaan merupakan bagian penting dalam konseling
Gestalt, para konselor konseling Gestalt dianjurkan untuk lebih banyak
menggunakan pernyataan.
Contoh
: “Kemana saja kamu?” lebih baik menggunakan pernyataan “Saya merasa kita mulai
jarang berhubungan.”
Ø Menyatakan
pengalaman “disini dan sekarang.” Jika konseli bercerita tentang masa
lampaunya, konselor harus segera mengarahkannya untuk mengalaminya kembali pada
saat sekarang. Ini akan mendorong kesadaran di samping kontak yang benar dengan
pengalaman-pengalaman konseli.
Ø Mendorong
tanggung jawab. Konselor konseling Gestalt juga direkomendasikan untuk
menggunakan bentuk-bentuk frase atau bahasa yang mendorong tanggung jawab
pribadi-pribadi dan tidak melemparkan kesalahan pada orang lain.
Contoh
: “Saya bertanggung jawab atas hilangnya dia.” Penggunaan bahasa seperti ini
memungkinkan konseli untuk mengakui dan
menerima perasaannya.
8
c.
Memaknakan
Mimpi
Seperti
halnya konseling psikoanalisa, dalam Konseling Gestalt juga digunakan
interpretasi impian. Namun, berbeda dengan konseling psikoanalisa yang
memandang impian sebagai “jalan lebar menuju ketidaksadaran,” dalam Konseling
Gestalt impian dipandang sebagai sebuah “jalan yang lebar menuju integrasi
diri.” Dalam hal ini, bagian dari impian dipandang merepresentasikan proyeksi
atau aspek-aspek individu. Dengan memahami impian, konseli lebih mungkin
memperoleh kesadaran, mengambil tanggung jawab bagi impian-impiannya, melihat
impiannya sebagai bagian dari dirinya, memiliki perasaan integrasi yang lebih
besar, dan menjadi lebih sadar tentang pikiran-pikiran dan emosinya yang
direfleksikan dalam impian tersebut.
d. Fantasi
Seperti
halnya impian, fantasi sering digunakan oleh konselor konseling Gestalt untuk
membantu konseli meningkatkan kesadaran dirinya. Fantasi dipandang
merepresentasikan proyeksi atau aspek-aspek pribadi konseli. Tekhnik ini,
seperti bhalnya eksplorasi impian, membantu konseli untuk lebih sadar tentang
kontak dengan perasaannya dan menjadi lebih mampu untuk mengekspresikan
emosi-emosinya.
e. Bermain Peran
Bermain dalam berbagai bentuk menjadi
tekhnik yang esensial dalam koneling Gestalt. Contoh permainan yang paling
sering digunakan adalah bermain peran. Salah satu bentuk bermain peran yang
paling awal digunakan dalam konseling Gestalt adalah psikodrama. Namun dalam
perkembangannya psikodrama hamper tidak digunakan lagi. Demikian pula bermain
peran dalam konseling Gestalt jarang menggunakan orang lain, karena penggunaan
orang lain dalam bermain peran dapat menyebabkan fragmentasi. Bentuk bermain
peran yang paling sering digunakan adalah “kursi kosong” (empty chair) atau
kursi panas untuk format konseling individual, dan “berkeliling” (making
around) untuk format konseling kelompok.
f.
Koreksi
permainan topdog / underdog
Para
ahli konseling Gestalt memiliki keyakinan bahwa kita terus-menerus mengusik
diri kita sendiri dengan permainan atas bawah (topdog/underdog), yakni
9
menempatkan satu bagian
diri untuk menceramahi, mendorong, dan mengancam bagian diri yang lain dalam
rangka menuju “perilaku baik”. Topdog membuat penilaian dan mengatakan kepada
underdog tentang bagaimana seharusnya ia merasa, berfikir, atau bertindak.
Topdog dapat diibaratkan kata hati atau superego dalam konsep psikoanalisa. Di
sisi lain underdog cenderung untuk menurut dan senang minta maaf tetapi tidak
sungguh-sungguh untuk berubah. Tekhnik kursi kosong dapat digunakan untuk
memunculkan kesadaran tentang permainan topdog/underdog dan mendorong integrasi
bagian-bagian diri di samping mendorong perubahan.
g.
Melatih
Kepekaan terhadap Pesan Tubuh
Konselor
konseling Gestalt juga berusaha mendorong konseli untuk mencapai kesadaran
tentang keutuhan (a sense of wholeness). Kesadaran ini memungkinkan mereka
untuk menemukan akses dan menyadari perasaan, pikiran, dan sensasi fisiknya.
Banyak orang memiliki kesadaran yang baik tentang emosi dan pikirannya, tetapi
kurang peka terhadap sensasi tubuhnya. Oleh karena itu konselor konseling
Gestalt berusaha membantu konseli agar lebih peka terhadap pesan-pesan
tubuhnya.
h.
Kelompok
Praktek dalam
Konseling Gestalt dapat dilaksanakan melalui format individual maupun kelompok.
Namun format kelompok dipandang lebih efisien. Umpan balik yang diterima dari
konselor maupun dari anggota kelompok dapat mempercepat proses kesadaran. Jika
dilaksanakan melalui format kelompok, konseling Gestalt dapat dilaksanakan
dengan menggunakan tekhnik berkeliling.
Borgata Hotel Casino and Spa - Dr. Maryland
BalasHapusWelcome to Borgata Hotel Casino and 충주 출장샵 Spa, one 김포 출장샵 of 창원 출장샵 the top-rated casinos in the Atlantic City and is 과천 출장마사지 open daily 24 hours. 부천 출장안마 We offer live casino, poker,