Selasa, 01 Mei 2012

Gordon Allport Teori


A.   Riwayat hidup Gordon Allport
Gordon Allport  lahir pada tahun 1987 di Montezuma, Indiana. Dia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Karena bersifat pemalu dan selalu ingin belajar, dia menghabiskan masa kecil yang agak terisolasi dari pergaulan. Karena ayahnya adalah seorang dokter desa, Gordon tumbuh di tengah – tengah pasien, perawat dan petugas sebuah rumah sakit kecil. Setiap orang bekerja keras. Masa kecilnya angat menyenangkan dan relatif tidak ada peristiwa yang mengguncang.
Allport sering mengulang sebuah cerita dalam biografinya. Saat berusia 22 tahun dia pergi ke wina. Dia berencana bertemu dengan Sigmund freud. Sesampainya di kantor freud, dia telah di tunggu freud yang sedang duduk. Tidak lama setelah itu, Gordon tidak bisa diam begitu saja, dia langsung menceritakan pengamatan yang telah dia lakukan sebelum bertemu Freud. Dia bercerita tentang seseorang bocah laki – laki diatas bus yang duduk dengan gelisah, karena dia duduk di bangku yang sebelumnya di duduki seseorang pengemis dekil. Gordon mengganggap hal ini sama dengan ajaran ibunya untuk selalu menjaga kebersihan. Dia mengatakan bahwa ibunya adalah tipe guru yang cerdas dan cenderung menguasai. Freud bukannya menanggapi pengamatan yang dilakukan Gordon ini, tetapi malah melihat cerita ini sebagai ekspresi dari proses yang lebih dalam dan berasal dari alam bawah sadar Gordon. Freud langsung berkomentar: “ dan anak kecil itu adalah kamu sendiri, bukan ?”
Pengalaman ini menyadarkannya bahwa psikologi ala Freudian kadang – kadang menggali terlalu dalam, sementara Behaviourisme kadang – kadang malah tidak menggali apa – apa.
Allport meraih gelar doctor psikologi tahun 1922 dari Harvard, yang mengikuti jejak kakaknya Floyd, yang kemudian dia menjadi seorang psikolog social terkenal. Kariernya di habiskan untuk mengambangkan teori, mengkaji persoalan – persoalan social, seperti prasangka, kecurigaan komunal, dsb, serta mengembangkan tes kepribadian. Dia meninggal di Cambridge Massachusetts tahun 1967.

B.   Stuktur Kepribadian
1.      Sifat (Trait)
Trait adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip, suatu struktur neuropsikis yang memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak stimuli berfungsi ekuivalen, dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah laku  yang adaptif dan ekpresif. Sifat-sifat yang terpenting dari trait :
a.      Nyata, trait itu bukan konsep abstrak tapi obyek nyata,yakni struktur neuropsikis.
b.      Membuat banyak stimuli berfungsi ekuivalen,mengandung pengertian bahwa trait itu telah menetapkan orang untuk memandang berbagai stimulus memiliki makna sama dan merespon stimuli dengan tinkah laku mirip.
c.       Mengubah/menentukan tingkah laku,trait muncul bukan hanya kalau ada stimulus yang sesuai. Tenaga dorongnya bervariasi ,traits yang kuat memiliki kekuatan motif untuk menggerakan tingkah laku, mendorong orang untuk mencari stimulus yang sesuai sehingga dapat menampung ekspresi trait itu.
d.      Empirik, trait dapat disimpulkan melalui berbagai pembuktian empiric, pertama trait disimpulkan dari terjadinya tingkah laku berulang yang mempunyai makna sama, mengikuti rentangan stimulus tertentu yang memiliki makna personal yang sama. Kedua ,trait disimpulkan berdasarkan keajegan tingkah laku. Ketiga , trait disimpulkan dari jawaban atau kegiatan merespon stimuli kuesioner.
e.      Kemandirian yang relative , trait dapat dikenali bukan dari kemandiriannya, tetapi dari kecenderungan di seputar operasi pengaruhnya.
Allport membedakan antara  trait umum (common trait atau nomothetic trait) dan trait individual (individual trait):
·         Trait umum
Sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk membandingkan latar budaya yang berbeda. Asumsi yag mendasari  trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh social.
·         Trait individual
Manifestasi trait umum pada diri seseorang, sehingga selalu unik bagi orang itu, konstruk neuropsikis yang membimbing, mengarahkan dan memotivasi tingkah laku penyesuaian yang khas. Sifat unik itu merupakan gambaran yang tepat dari struktur kepribadian seseorang.
Trait individu atau disposisi pribadi memiliki tingkat generalitas yang berbeda-beda. Ada 3 tingkatan disposisi :
Ø  Disposisi cardinal (cardinal disposition)
Sifat luar biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang, sifat yang sangat berperan dan mendominasi keseluruhan hidupnya. disposisi Kardinal adalah disposisi yang mendefinisikan diri seseorang secara praktis.
Ø  Disposisi sentral (central disposition)
Kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang, yang menjadi titik pusat  tingkah lakunya. Disposisi  utama adalah sendi penopang kepribadian anda ketika anda menggambarkan seseorang, anda akan menggunakan kata – kata yang menunjuk pada disposisi utama ini, misalnya dengan kata – kata pintar, lucu, bodoh, pemalu, liar, dsb.
Ø  Disposisi sekunder (secondary disposition)
Trait yang semakin tidak umum, dan kurang penting untuk menggambarkan kepribadian . disposisi utama adalah sendi penopang kepribadian anda ketika anda menggambarkan seseorang, anda akan menggunakan kata – kata yang menunjuk pada disposisi utama ini, misalnya dengan kata – kata pintar, lucu, bodoh, pemalu, liar, dsb.
Allport  menyarankan manakala disposisi sekunder itu hanya bangkit oleh rentang stimulus situasi yang sempit. Lebih tepat disebut sikap (attitude).
Traits – Habit – Attitude – Type
Allport secara cermat membedakan penggunaan istilah Traits – Habit – Attitude – Type sebagai sinonim. Traits , Habit ,dan Attitude semua adalah predisposisi, mereka bias unik, mereka semua produk factor genetic dan belajar dan masing-masing mungkin mengawali atau membimbing tingkah laku. Type bias dianggap sebagai  super-ordinasi dari ketiga konsep lainnya.
a.      Sifat  (Trait) adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip,penentu kecenderungan yang bersifat umum, dapat dipakai dalam lebih banyak situasi dan memunculkan lebih banyak variasi respon. Trait merupakan kombinasi atau taraf umum dari dua habit atau lebih.
b.      Kebiasaan (Habit) sebagai penentu kecenderungan  habit bersifat khusus , hanya dipakai untuk merespon satu situasi atau stimulus dan pengulangan dari situasi atau stimulus dan pengulangan dari situasi atu stimulus itu.
c.       Sikap (Attitude ) lebih umum dibanding habit tetapi kurang umum di banding trait. Attitude terentang dari yang sangat spesifik sampai yang sangat umum.
d.       Tipe (Type) adalah kategori nomonetik, dan konsep yang jauh lebihluas dibanding tiga konsep diatas. Sebagai suatu  kategori, tipe akan mengelompokkan manusia menjadi  beberapa jenis atau model tingkah laku.

2.      Proprium
Proprium adalah aspek kepribadian yang teoritis lain member nama self atau ego, istilah yang Allport tidak mau memakainya , karena keduanya sudah diberi makna yang bermacam-macam oleh banyak teoritis. Proprium adalah sesuatu yang  mengenainya kita segera sadar , sesuatu yang kita fikirkan sebagai bagian yang hangat, sentral, dan privat dari kehidupan kita. Pengertian proprium ini mencakup semua aspek kepribadian yang menimbulkan kehidupan emosional individu menjadi berbeda-beda , membuat kehidupan diri menjadi terpisah dari orang lain. Ada delapan aspek proprium yang kemudian berkembang bertahap mulai bayi sampai dewasa, yaitu :
·         INDRA JASMANI
Berkembang usia 0 – 2 tahun, yakni merasakan sesuatu dengan indra, rasa sakit, sentuhan,    dan gerakan. Indra lah yang membuat kita sadar akan keadaan sekeliling kita.
·         IDENTITAS DIRI
Juga berkembang pada usia 0 – 2 tahun, seorang bayi mulai menyadari keberadaaannya terus ada. Dia mulai melihat dirinya sebagai entitas individual, terpisah dan berbeda dengan yang lain.
·         HARGA DIRI
Berkembang di usia 2 – 4 tahun.Di usia ini kita mulai menyadari bahwa kita bernilai bagi orang lain dan bagi diri kita sendiri. Berkaitan dengan kompetensi kita.
·         PERLUASAN DIRI
Berkembang di usia 4 – 6 tahun. Ada barang, orang atau peristiwa – peristiwa tertentu yang ada di sekeliling kita yang kita anggap penting dan esensial bagi eksistensi kita.


·         CITRA DIRI
Juga berkembang pada usia 4 – 6 tahun. Di tahap ini diri yang berkembang adalah “ diri yang ada dalam cermin “. Citra diri adalah kesan yang saya tangkap dari pendapat orang lain.
·         PENGUASAAN RASIONAL
Umumnya di peroleh di usia 6 – 12 tahun. Anak mulai mengembangkan kemampuannya menyelesaikan persoalan secara rasional dan efektif.
·         BERUSAHA MEMILIKI
Mencakup tujuan jangka panjang.ini menjadi tahap akhir, yakni kesadaran eksistensi diri dalam tujuan atau pencapaian jangka panjang. Pandangannya mengarah pada masa depan, dan untuk itu dia menyusun rencana masa depan.
·         DORONGAN UNTUK MENGEJAWANTAHKAN DIRI
Biasanya tidak muncul sampai orang berusia 12 tahun. Yaitu pada titik puncaknya adalah kemampuan seseorang menegaskan bahwa saya adalah tuan bagi hidup saya sendiri.
Self bukan bagian yang terpisah dari kepribadian, bukan inti atau pusat yang kemudian mengatur, mengorganisir, dan menjalankan system kepribadian, self bukan kepribadian dalam kepribadiaan. Manusia hidup selalu dalam proses menjadi unitas, orang tidak pernah mencapai unitas, tetapi akan berada pada tingkat unitas tertentu.

C.    Motivasi
Dua ciri teori motivasi dari Allport adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen penting motivasi dan pendapatnya yang kuat mengenai pentingnya proses kognitif seperti tujuan (intention) dan rencana (planning) dari motivasi orang dewasa. Manusia pertama – tama adalah makhluk sadar dan rasional, bukan berdasarkan apa yang diharapkannya dapat dicapainya, bukan berdasarkan keinginan primitif atau berdasarkan limbah pengalaman traumatik masa lalu. Indikator terbaik tentang apa yang akan dilakukan orang sekarang dan masa yang akan datang adalah intensi orang itu. Motif primitif mungkin berlaku pada bayi, namun sesudah dewasa terjadi perubahan. Motif yang membimbing tingkah laku dewasa berbeda total dengan motif yang membimbing tingkah laku bayi. Menurut maslow, motivasi harus difahami dengan dasar sifat –sifat motivasi barikut:
a.      Kontemporer (kekinian), hal masa lalu bisa menjadi motivasi hanya kalau kini juga menjadi kekuatan pendorong.
b.      Pluralistik (kompleks), tidak dapat disederhanakan menjadi beberapa drive seperti mencari kenikmatan, mengurangi tegangan, atau kekuatan rasa aman.
c.       Melibatkan proses kognitif: membuat perencanaan tujuan secara sadar.
d.      Kongkrit dan nyata: dibatasi secara kongkrit bukan sesuatu yang abstrak.
Otonomi Fungsional
Otonomi fungsional (Functional Otonomy) memandang motif – motif orang dewasa beranekaragam, mandiri sebagai sistem kontemporer, berkembang dari sistem anteseden tetapi secara fungsional tidak tergantung kepada sistem itu. Suatu aktivitas atau tingkahlaku mungkin menjadi akhir atau tujuan dari tingkah laku itu sendiri, walaupun mula – mula terikat dengan alasan lain. Misalnya, tingkah laku membaca mula- mula terikat dengan tujuan memahami sesuatu, namun kemudian menjadi otonom – orang membaca karena dia ingin membaca dan puas dengan membaca (bukan puas karena pengetahuannya bertambah). Walaupun banyak  tingkah laku dewasa yang tetap berlangsung berdasarkan prinsip belajar sederhana, kemasakan diukur dari seberapa jauh motivasi seseorang menjadi fungsional otonom. Menurut Allport, ada dua tingkat otonom fungsional:
1.      Otonomi Fungsional Terbiasa (Perseverative Functional Autonomy)
Seperti adiksi, perbuatan yang diulang – ulang, dan hal yang rutin. Perseverasi adalah kecenderungan suatu pengalaman mempengaruhi pengalaman berikutnya. Pemabuk akan minum alkohol tanpa alasan mengapa harus mabuk. Mula – mula remaja belajar merokok karena ingin “menjadi hero” tetapi sesudah itu ia merokok karena dia ingin merokok.
2.      Otonomi Fungsiobal Propriate (Propriate Functional Autonomy)
Seperti minat – minat yang dipelajari, nilai – nilai, sentimen, tujuan, motif – motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup. Alkohol dan teka –teki silang mungkin menjadi “ciri khusus diri”, tetapi hanya merupakan tempilan luar atau sisi perifer dari kepribadian, itu bukan propium. Di sis lain: nilai – nilai, sentimen, minat, pekerjaan dan hobi yang lebih dekat dengan inti kepribadian. Motivasi yang berhubungan dengan gambaran diri yang lebih esensial inilah yang disebut motivasi proprium yang fungsional-otonom. Misalnya, seorang wanita bekerja mula – mula karena ingin mendapat uang. Ketika mulai bekerja, pekerjaan itu tidak manarik bahkan membosankan. Namun sesudah lewat satu tahun, dia mengembangkan perasaan cinta kepada pekerjaannya itu, mengorbankan hari liburnya untuk tetap bekerja, dan mengembangkan hobi yang berkaitan dengan pekerjaannya itu. Kini, bukan uang yang menahannya di tempat pekerjaan, tetapi pekerjaan itu sendiri yang menjadi motivasinya untuk bekerja. Otonomi fungsional propriate dapat ditemukan pada tingkat tertinggi organisasi kepribadian, suatu organisasi diri yang kompleks yang menentukan seluruh wujud dari sistem kehidupan yang masak. Bahan utama dari organisasi propriate ini adalah “perasaan diri bertanggung jawab terhadap kehidupan sendiri”.

Tingkah laku yang bukan otonomi fungsional
Tidak semua tingkah laku dapat dijelaskan memakai konsep otonomi fungsional. Allport mengemukakan ada 8 jenis tingkah laku yang dibawah kontrol motif otonomi fungsional, yakni:
1.      Tingkah laku yang muncul dari dorongan biologis- makan, minum, tidur, bernafas dll
2.      Refleks – mengedip, mengangkat lutut, proses pencernaan dll.
3.      Peralatan konstitusi – kecerdasan, bentuk tubuh, temperamen, kesehatan.
4.      Habit; beberapa habit termasuk otonomi fungsional, lainnya tidak ada motif sama sekali.
5.      Tingkah laku yang tergantung kepada penguat primer (primary reinforcement)
6.      Motif yang terkait langsung dengan usaha mereduksi dorongan dasar.
7.      Tingkah laku non produktif – kompulsi, fiksasi, dan regresi.
8.      Sublimasi – kalau motif yang asli disublimasikan ke motif yang lain.
Prinsip – Prinsip Otonomi Propriate
Otonomi fungsional propriate dapat diperjelas dengan memahami prinsip – prinsip kerjanya. Menurut Allport otonomi propriate berfungsi dengan memakai 3 prinsip kerja:
1.      Mengorganisir tingkat enerji (Organizing Energy Level): prinsip ini tidak menjelaskan bagaimana motif berkembang, atau tertransformasi dari motif yang mendahuluinya. Motif baru atau motif lama yang laten, muncul kepermukaan karena dibutuhkan untuk membantu mengkonsumsi enerji, agar enerji itu tidak dipakai untuk hal – hal yang membahayakan atau merusak. Misalnya ketika seorang remaja tumbuh dan pisah dari keluarga untuk hidup mandiri, dia menemukan banyak waktu luang, yang harus disalurkan ke minat dan motif yang baru.
2.      Penguasaan dan kompetensi (Mastery and Competence): otonomi propriate mendorong orang mencapai tingkat tertinggi dalam memuaskan motif-nya. Tidak cukup asal puas, orang dewasa yang sehat dan normal termotivasi untuk melakukan yang terbaik dan efisien – untuk mempertinggi tingkat kompetensi dan penguasaan.
3.      Pola propriate (Propriate Patterning): motif – motif propriate tidak saling terpisah satu dengan yang lain. Mereka saling tergantung dalam struktur self, dimana mereka bermukim. Jadi, orang mengorganisir proses persepsi dan kognitifnya di sekitar self, memperluas self yang propriate dan menolak yang nonpropriate. Pola propriate adalah usaha untuk memiliki kepribadian yang konsisten dan intergral.

Hubungan Antara Otonomi Fungsional Dengan Motivasi Lalu
Proprium tempat beradanya motivasi dan otonomi fungsional adalah fenomena yang berkembang, sehingga mengesankan motivasi juga berhubungan dengan masa lalu. Propriumlah yang menentukan bentuk tingkah laku mana yang akan otonom. Proprium sendiri agar terus berkembang, berusaha memperoleh kekuatan motivasi yang berakar pada masa kini dan masa yang akan datang, dan membuang motivasi masa lalu. Pada kebanyakan orang dewasa motifnya tidak lagi berhubungan secara fungsional dengan akar historis motif itu. Karena itulah Allport mengukur kemasakan dari seberapa jauh motivasi seseorang menjadi otonom (dari pengaruh motivasi masa lalu)
Motivasi Sadar dan Tak Sadar
Allport menekankan pentingnya motivasi sadar, lebih dari pakar kepribadian lainnya. Orang dewasa yang sehat umunya sadar terhadap apa yang merea kerjakan dan alasan mengapa mereka melakukannya. Namun Allport tidak mengabaikan eksistensi bahkan pentingnya proses tak sadar. Dia mengenali kenyataan adanya motivasi yang didorong oleh impuls masa anak – anak dan dorongan sublimasi. Menurutnya, hampir semua tingkah laku simptomatik itu terjadi melalui pengulangan otomatis, biasanya menyalahkan diri sendiri, dan dimotivasi oleh kecenderungan tak sadar. Tingkah laku semacam itu berasal dari masa kanak – kanak dan menjadi tingkah laku kekanak – kanakan pada usia dewasa.
Individu yang sehat, kesadarannya mengontrol tingkah lakunya. Tingkah laku yang normal itu fungsional otonom dan dimotivasi melalui proses sadar, terpisah dari motivasi tak sadar sekaligus memiliki pemicu tingkah laku sendiri. Secara psikologis orang dewasa yang masak dan sehat sebagian besar tingkah lakunya dimotivasi oleh fikiran sadar, sehingga peran proses tak sadar dalam tingkah laku sangat kecil.

D.   Perkembangan kepribadian
Jelas dari bahasan otonomi fungsional bahwa Allport berpendapat ada perubahan signifikan antara anak-anak dengan orang dewasa. Orang mungkin bisa mengatakan Allport menawarkan dua teori terpisah mengenai kepribadian: teori pertama adalah teori motivasi model sederhana , biologic, peredaan ketegangan, cocok untuk menjelaskan tingkah laku bayi. Teori kedua adalah model yang lebih kompleks, dibutuhkan untuk menjelaskan tingkah laku orang dewasa. Di suatu tempat (waktu) antara bayi dan dewasa ada transformasi lengkap, walaupun tidak dengan tiba-tiba. Orang dewasa yang masak dan sehat secara kualitatif berbeda dengan bayi; alasan tingkah laku orang dewasa berbeda total dengan alsan tingkah laku bayi.

1.      Perkembangan masa bayi
Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai makhluk hereditas, primitive drive, dan reflex behavior. Bayi tidak mempunyai kepribadian. Bayi membawa potensi tertentu, seperti fisik dan temperamen, tapi pemenuhan potensiini menunggu  pertumbuhan dan maturasi. Tingkahlaku bayi sebagian besar dapat dijelaskan sebagai kegiatan umum atau kumpulan respon-respon yang tidak jelas yang melibatkan semua sistem oto. Bayi dapat memberi respon spesifik dalam bentuk refkeks, seperti mengisap dan menelan.
Menurut Allport sumber motivasi tingkah laku bayi adalah arus aktivitas yang mengatur bayi untuk beraksi. Sesuai dengan tingkat perkembangan bayi, motivasinya lebih sarat dengan warna biologis; tegangan yang menuntut kepuasan dan menghindar dari rasa sakit. Berarti,tahun pertama kehidupan itu paling tidak penting dalam perkembangan kepribadian, walaupun pada pertengahan tahun pertama ini bayi mulai mengembangkan kualitas tingkah laku yang awet (misalnya perbedaan ekspresi emosi). Secara umum orok dilahirkan sebagai makhluk biologis. Dia tidak ahu apa itu lapar, ngompol, dan sakit. Ini disebut Allport sebagai berpusat pada kesendirian (solo centered), dan bukan berpusat pada diri (self centered), karena perasaan diri pada masa itu belum ada. Baru dalam tahap-tahap berikutnya bayi mengembangkan kesadaran diri yang kemudian akan membimbing bayi mengembangkan motif yang hamper tidak lagi berhubungan dengan motif asli dari tingkah laku.
2.      Perkembangan masa dewasa
Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat (trait) yang terorganisir dan seimbang, yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prisip otonomi fungsional. Bagaiman trait itu berkembang tidak penting bagi Allport, karena dalam usia dewasa mereka memperoleh kekuatan motifnya dari sumber kekinian. Masa lalu tidak penting,kecuali hal itu tampak dalam dinamik aktivitas masa kini. Secara umum, trait berfungsi dalam keadaan sadar dan rasional, mengikuti pola-pola perjuangan menjadi propriate. Jadi, untuk memahami orang dewasa haru dapat digambarkan lebih dahulu aspirasi dan tujuan-tujuan hidupnya
3.      Kualitas kepribadian yang masak
Tidak semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya. Orang0orang yang mengalami gangguan melakukan perbuatan tanpa tahu mengapa perbuatan itu dilakukan; tingkah laku mereka lebih dekat hubungannya dengan peristiwa anak-anak alih-alih peristiwa masa kini atau masa yang akan datang. Tingkat seberapa besar fikiran dan keinginan sadar mengambil alih motivasi taksadar. Dan tingkat seberapa jauh trait bebas dari asalnya yang kekanak-kanakan adalah ukuran kenormalan dan kemasakan seseorang. Allport lebih tertarik dengan tingkah laku normal alih-alih tingkah laku neorotik, dan mengusulkan beberapa penanda kualitas kemasakan kepribadian berikut;
1.      Perluasan perasaan diri (extension of the sense of self): Kemampuan untuk berpartisipasi dean menyenangi rentang aktivitas yang luas, kemampuan untuk mengidentifikasikan diri dan interesnya terhadap orang lain dan interes orang lain kepadanya, kemampuan masuk ke masa depan, berharap dan merncanakan.
2.      Mengakrabkan diri dengan orang lain (Warm relating of self to others): Kemampuan bersahabat dan kasih saying, keintiman yang melibatkan hubungan cinta dengan keluarga dan teman, kasih syang yang diekspresikan dalm menghormati dan menghargai hubungannya dengan orang lain.
3.      Keamanan emosional, penerimaan diri (Emotional security, self acceptance): Kemampuan untuk menghindari aksi berlebihan terhadap masalah yang menyinggung dorongan spesifik (misaknya menerima dorongan seks- memuaskan sebaik mungkin – tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang.
4.      Persepsi, keterampilan, tugas yang realistis (Realistic perceptions, skills, assignment): Kemampuan memandang orang, obyek, dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah, memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi lainnya.
5.      Objektifikasi diri: insight dan humor (Self objectivication: insight and humor): Kemampuan untuk memandang secara objektif diri sendiri dan orang lain. Orang membutuhkan insight – pemahaman yang mendalam mengenai diri sendiri dan orang lain. Orang juga membutuhkan humor- menemukan sesuatu yang menyenangkan dan mentertawakan di dunia, menghubungkan temuannya secara positif dengan dirinya sendiri dan orang lain pada saat yang sama- melihat ketidakteraturan dan kekacauan pada dirinya dan orang lain.
6.      Menyatakan filsafat hidup (Unifying philosophy of life): Seharusnya ada latar belakang alur keseriusan yang lengkap yang member tujuan dan makna kepada apapun yang dilakukan orang. Agama adalh salah satu sumber terpenting dari filosofi semacam itu, walaupun bukan satu-satunya.

E.    Aplikasi
1.     Pendekatan morfogenik
Allport menulis panjang lebar khusus mengenai metoda yang dipakai pakar-pakar psikologi kepribadian dalam mengembangkan teorinya. Mungkin dilatarbelakangi oleh banyaknya kritik metodologik terhadap teori kepribadian, akhirnya dia memujikan pendekatan morfogenik sebagai metode yang subjektif tetapi memenuhi legitimasi ilmiah. Allport memulai denagn menginventarisasi metoda yang biasa dipakai pakar-pakar kepribadian. Ada 11 metode yang menurutnya memenuhi letimasi validitas dan reliabilitas, semuanya mengacu kepada metode utama ilmu pengetahuan, yakni pengamatan diikuti dengan interpretasi (observation followed by interpretation). Metod-metoda yang di maksud adalah:
1.      Diagnosis konstitusi dan fisiologi
2.      Penelitian keanggotaan, status, dan peran sosiokultural
3.      Dokumen pribadi dan studi kasus
4.      Teknik menilai diri
5.      Sampling tingkah laku
6.      Rating pengamat
7.      Tes dan skala kepribadian
8.      Tes projektif
9.      Analisis dalam: asosiasi bebas dan analisis mimpi
10.  Pengukuran ekspresi tingkah laku
11.  Prosedur sinaptik: mengkombinasikan berbagai teknik asesmen
Metoda-metoda di atas dapat dipakai untuk melakukan penelitian nomotetik (menemukan hukum-hukum umum fungsi spesifik individual). Posisi teori Allport sangat menekankan karakteristik individual dari idiografik, walaupun pendekatan nomotetik tetap dianggap berguna sebatas membandingkan antar individu. Pendekatan idiografik ini oleh Allport kemudian dikembangkan menjadi pendekatan morfogenik. Ada dua alasan pemakaian istilah morfogenik ini, pertama istilah idiografik dipakai oleh banyak pakar kepribadian dengan makna yang beragam, sehingga sering tejadi salah pakai dan salah pemahaman. Kedua, idiografik hanya menggambarkan secara deskriptif hasil amatan, sedang morfogenetik menganalisis pola kepemilikan sifat-sifat individu, dan melakukan perbandingan antar individu. Metoda-metoda yang dipakai dalam pendekatan morfigenk murni adalah:
1.      Catatan verbatim dari: wawancara, laporan mimpi, dan pengakuan perbuatan.
2.      Buku harian dan surat-surat.
3.      Kuesioner dan skala keprbadian dan tes projeksi.
4.      Dokumen ekspresi diri: karangan, lukisan, corat-coret, tandatangan, lenggang jalan, otobiografi.
5.      Jabatan tangan, pola suara, tampang.
6.      Tes standar dan skala penilaian diri yang mengungkapkan sifat/kepribadian, termasuk semimorfogenik kalau lebih membandingkan aspek-aspek di dalam diri orang itu sendiri, alih-alih membandingkan dengan orang lain (misalnya pada skor ipsatif).
Gabungan antara dokumen pribadi dengan data hasil wawancara dan observasi mungkin dapat dianalisis secara impresionalistik-seperti pada hipotesa psikoanalisis, atau dianalisis memakai statistic- analisis isi atau analisis factorial. Namun Allport  mengingatkan bahwa riset dokumen pribadi mengandung dua hal penting:
1.      Studi dokumentasi pribadi adalah strategi idiografik untuk mengukur unitas, keunikan, dan konsistensi dari individu.
2.      Pendekatan kasus-tunggal memperlakukan penelitian kepribadian sebagai usaha untuk memahami secara utuh organism dari sisi pandangan subjektif atau fenomenal. Dampaknya, pendekatan kasus-tunggal memechkan kekacauan kepribadian dengan memakai pemecahan orang itu sendiri.



2.     Psikoterapi
Bagi Allport, pribadi yang sehat dan masak adalah orang yang terus menerus dalam kondisi berubah(becoming), sedang pribadi yang tidak sehat dan tidak masak adalah mereka yang perkembangannya mandeg. Allport setuju dengan Freud bahwa perkembangan individu dapat terpenjara sebagai akibat kesalahan hubungan dengan orang tua, khususnya dengan ibunya pada awal kanak-kanak. Semua orang membutuhkan keamanan dan perlindungan, dan kekurangan cinta kasih saying dapat berdampak buruk dan berjangkan lama terhdap pertumbuhan. Untuk mengatasi kekurangan itu,Allport berpendapat orang harus dapat merasa “diterima dan dikehendaki oleh terapis, keluarga dan masyarakatnya.” Orng harus merasa dicintai dan belajar mencintai. Menurutnya, “bentuk terbaik dari terapi adalah memberi cinta dan menerima cinta.”
Tetapi itu hanya satu sisi dri gambaran manusia. Ada banyak orang yang memiliki latar belakang rasa aman dan cinta ternyata belakangan menjadi neurotik. Walaupun latarbelakang keamanan dan cinta membuat mereka bebas berkembang, masalah lain muncul merusak. Orang mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat normal, dan sering penyesuaian itu menghalangi pertumbuhan yang positif. Ini terjadi karena masyarkat sendiri sedang sakit. Kondisi masyarakat yang penuh ketidakadilan, hipokrit (munafik), perang, perbadaan kelas sosial, adalah potensial berbenturan dengan aspirasi pribadi. Dampaknya bisa muncul pembatasan perluasan diri, gambaran diri yang menyimpang, lumpuhnya usaha menjadi propriate, dan sikap tidak toleran kepada kelompok lain. Mereka juga menilai dirinya dan tujuan hidupnya berdasarkan nilai-nilai orang lain. Tugas terpis menurut Allport adalah membantu mereka menyadari sumber-sumber yang memelencengkan tujuan hidunya, dan membantu mereka mencapai kemasakan dan kesejahteraan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar