Selasa, 01 Mei 2012

Psikodrama


A.    Pengertian
Psikodrama merupakan suatu cara untuk mengeksplorasi jiwa manusia melalui aksi dramatik, yang diciptakan dan dikembangkan oleh J.L Moreno sekitar tahun 1920-an dan 1930-an. Gagasan itu dikembangkan dari kreatifitas Moreno, setelah banyak bertemu dan membantu anak-anak, serta cintanya pada spontanitas dan teater. Dia memperkenalkan suatu pendekatan kelompok dalam era yang menekankan pada pendekatan intrapersonal. Oleh karena itu, berbagai sumbangannya terhadap lapangan kerja kelompok (seperti penekanan pada tindakan dan fokusnya pada masa kini dan disini tak pernah dihargai dengan pantas).
Awal psikodrama dirintis Moreno pada tahun 1921 di Vienna dalam bentuk teater spontanitas. Melalui produksi-produksi dramatik, para partisipan yang terdiri dari artis-artis muda radikal menghibur orang Vienna dengan cara berimprovisasi di atas pentas. Mereka memainkan lakon yang bersumber dari kejadian-kejadian lokal dalam berbagai bentuk, layaknya kehidupan surat kabar yang mendramatisasikan kejadian sehari-hari secara spontan. Moreno menemukan bahwa permainan drama tanpa naskah dan bagian-bagian adegan tidak diulang, sebaik para anggota dan penonton mengalami suatu katarsis emosional (peluapan
perasaan-perasaan) sebagai hasil dalam berperan serta pengamatan peran dramatik. Pendek kata, psikodrama sebagai suatu sistem formal telah dikonseptualisasikan oleh Moreno, yang menekankan pada kekhasan pendekatannya melalui pengulangan kehidupan klien, pengulangan ucapan atau analisis, dan konflik-konflik mereka.

1.      Praktek Psikodrama dalam Kelompok
Praktek psikodrama berlangsung secara multimedia. Pertama, terdapat faktor-faktor personal dan fisik yang harus dipertimbangkan, seperti: sebuah ruangan, seorang pelaku utama, aktor, sutradara, dan hadirin. Kedua, teknik yang harus dikerjakan secara metodologis.
Pentas (the stage) merupakan tempat aksi atau perbuatan berlangsung, yang mungkin berbentuk resmi atau bagian ruangan yang sederhana.
·         Protagonis adalah seorang pelaku (subjek) pemeran psikodrama. Ia dapat memainkan banyak bagian. Di suatu saat ia memainkan bagian berbeda dari diri sendiri, pada saat lain ia keluar dari babak dan mengobservasi. Tujuan dari protagonis adalah mengekspresikan secara bebas atas pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, kepedulian-kepedulian, dan isu-isu yang relevan dengan peran yang dimainkan dalam psikodrama. Unsur kunci protagonis adalah spontanitas.
·         Aktor merupakan orang yang memainkan bagian objek atau orang lain yang berarti dalam permainan itu.
·         Direktor atau sutradara adalah sseorang yang mengarahkan protagonis dalam menggunakan metode psikodrama dalam rangka membantu seseoran untuk mengeksplorasi masalanya. Sutradara sama dengan pimpinan kelompok dalam pendekatan teoritik.
Teknik yang dipakai dalam psikodrama bergantung pada banyak variable. Variable penting yang mempengaruhi penggunaan teknik adalah situasi protagonis, keterampilan sutradara, kemampuan aktor, besarnya penonton, tujuan sesi dan fase pelaksanaan psikodrama.
Proses psikodrama pada umumnya berlangsung memalui tiga fase, yaitu
fase pemanasan (warm-up), tindakan (action), dan integrasi (integration).
(1)   Fase pemanasan ditandai dengan penentuan sutradara yang siap memimpin kelompok dan anggota yang siap dipimpin. Proses ini melibatkan aktivitas verbal dan nonverbal yang dirancang untuk menempatkan setiap orang di dalam kerangka berpikir pedoman psikodrama dan terkadang membangun kepercayaan serta atmosfir spontanitas. Fase ini harus mempersiapkan segala sesuatu untuk masuk pada fase tindakan.
(2) Fase tindakan merupakan proses yang melibatkan pemeranan kepedulian-kepedulian
protagonis. Sutradara membantu setiap protagonis yang memilih bekerja “menyiapkan pentas” untuk adegan khusus di dalam di sini dan kini. Partisipasi kelompok menandai peranan ego yang membantu dari sesuatu atau orang lain yang berarti di dalam kehidupan protagonis. Selanjutnya adegan pembukaan yang menggambarkan protagonis memperoleh kesempatan untuk mengulang kembali peran-peran dan interaksi dari peristiwa-peristiwa yang berarti. Sutradara mendorong protagonis untuk berperan sesuai dengan perasaan yang lebih empati atau yang memproyeksikan perasaan-perasaannya. Target dari seluruh kegiatan ini diarahkan untuk membantu protagonis mengelaborasi perasaan-perasaannya. Hal terpenting dalam fase ini adalah bahwa protagonis mengekspresikan emosi-emosi tertekan dan menemukan cara baru yang efektif untuk bertindak.
(3 )Fase integrasi melibatkan diskusi dan penutupan (closure). Setelah fase tindakan, protagonis berada dalam ketidakseimbangan dan membutuhkan dukungan. Sutradara mendorong kelompok untuk memberikan dukungan dan umpan balik yang konstruktif selama fase ini. Awal fokus umpan balik terhadap pemeranan bersifat efektif alih-alih intelektual. Aspek-aspek kognitif tentang ekspresi-ekspresi menonjol yang telah dialami diarahkan terakhir. Umpan balik sangat penting dari setiap anggota dan protagonis agar tercipta perubahan peranan dan integrasi. Kelengkapan fase ini adalah menegaskan pada pemahaman dan integrasi, sehingga protagonis dapat bertindak seimbang ketika berhadapan dengan situasi yang berbeda.

Sebenarnya banyak teknik psikodrama, tetapi berikut ini hanya beberapa teknik utama yang dikemukakan.
(a) Creative imagery, pembayaran kreatif merupakan teknik pemanasan untuk mengundang peserta psikodrama membayangkan adegan dan objek yang menyenangkan dan netral. Ide teknik ini membentu peserta menjadi lebih spontan.
(b) The magic shop, ini merupakan teknik pemanasan yang berguna bagi protagonis yang tidak dapat memutuskan atau ragu tentang nilai dan tujuan mereka. Teknik ini melibatkan penjaga-toko (sutradara atau ego yang membantu) yang menyediakan kualitas-kualitas khusus. Kualitas tidak untuk diobral, tetapi dapat ditukar atau berter. Misalnya: wawan sebagai protagonis menginginkan keterampilan-keterampilan berhubungan dengan orang lain: dia harus menyerahkan kemarahan yang irasional untuk ditukar dengan keterampilan berhubungan yang baik.
(c) Teknik berbicara-sendiri (soliloquy), teknik ini melibatkan protagonis (klien) menyajikan suatu monolog tentang situasi dirinya.
(d) Monodrama (autodrama), teknik ini merupakan bentuk inti terapi gestalt.
Dalam taknik ini, ptotagonis memainkan semua bagian peranan atau tidak menggunakan ego pembantu.
(e) The double and multiple double technique. Teknik double adalah suatu teknik yang sangat penting dalam psikodrama. Teknik ini terdiri atas pengambilan peran aktor dari ego protagonis dan membantu protagonis mengekspresikan perasaan terdalam yang sesungguhnya secara lebih jelas. Jika protagonis memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple double dapat digunakan. Dalam situasi ini, dua atau lebih aktor menyajikan aspek-aspek yang berbeda dari kepribadian protagonis.
(f) Role reverals (pemindahan peran). Dalam teknik ini protagionist memindahkan peran dengan orang lain di pentas dan memainkan bagian orang itu. Umpamanya, Wawan sekarang menjadi Abdul dan bertindak layaknya dia. Teknik ini mendorong ekspresi konflik-konflik secara maksimum, dan merupakan teknik inti dari psikodrama.
(g) Teknik cermin. Dalam aktivitas ini, protagonis memperhatikan dari luar pentas, sementara cermin ego pembantu memantulkan kata-kata, gerak tubuh, dan postur protagonis. Teknik ini dipakai pada fase tindakan untuk membantu protagonis melihat dirinya secara lebih akurat. Sebagai contoh Wawan sekarang mengetahui melalui cermin Abdul, bahwa dirinya tidak berpikir jenih dan ragu-ragu atas bayangannya diri sendiri.









B.     Skenario Psikodrama

Untuk simulasi dibutuhkan skenario dalam psikodrama yang disesuaikan dengan tujuan. Skenario itu dibuat oleh konselor, maka konselor pun berperan sebagai sutradara dalam psikodrama tersebut. Berikut ini adalah psikodrama “Berani tampil di depan publik’:

Fase Warm-Up
(Berdasarkan informasi dari wali kelas dan guru mata pelajaran, didapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan/gugup ketika berbicara di depan umum, Wina menunjukan gugup dengan mata yang berkaca-kaca ketika berbicara di depan orang banyak, Nita menunjukan gugup dengan sering berkata “Ee”, Nisa menunjukan gugup dengan sering menggelinting-gelinting baju, Erni menunjukan gugup dengan memutar-mutar pensil, Ufi menunjukan gugup dengan mengulang-ngulang kata).
(Konselor mengumpulkan siswa-siswa yang bersangkutan untuk
diberikan bimbingan kelompok).

Konselor :”Assalamualaikum”
Siswa-siswa : “Waalaikumsalam”
Konselor : “Ibu ucapkan terima kasih atas kehadiran anak-anak, pertemuan kita ini diberi nama bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah siswa untuk membahas permasalahan tertentu yang berguna bagi siswa-siswa
yang mengikuti kegiatan itu, kegiatan bimbingan kelompok ini dipimpin oleh ibu sendiri selaku guru pembimbing.
Siswa-siswa : “Oh begitu ya bu, (secara serempak)”
Konselor : ”Berdasarkan informasi dari guru dan wali kelas kalian, bahwa kalian sering mengalami kegugupan ketika sedang berada di depan orang banyak misalnya ketika kalian berbicara di depan kelas, ditanya oleh guru di hadapan teman-teman, atau dimintai
pendapat saat diskusi. Bagaimana kalau kita mencoba berlatih untuk mengurangi bahkan kalau bisa menghilangkan rasa gugup tersebut. Sekarang ibu akan mengajak kalian untuk bermain peran dimana hal ini dapat bermanfaat untuk mereduksi (mengurangi) kegugupan yang ada pada diri kalian. Tema yang ibu berikan adalah tentang lingkungan. Coba wina berperan sebagai guru, Nisa sebagai siswa pertama, Nita sebagai siswa kedua, Erni sebagai siswa ketiga, ufie sebagai siswa ke empat. Tapi ibu juga ingin kalian semua dapat merasakan peran sebagai seorang guru.Disini ibu hanya mengamati dan mungkin sedikit
akan memberikan komentar ketika kalian bermain peran”. Ibu berperan sebagai sutradara dan kalian membikin stage berbentuk U.
Fase Tindakan
Siswa : (siswa mulai berdiskusi dan memulai latihan bermain peran)
Wina : (sebagai guru) “Assalamualaikum”
Siswa-siswa : “waalaikumsalam”
Wina : “Anak-anak kita harus menjaga lingkungan di sekitar kita agar tetap bersih dan terawat, dan kita juga dilarang membuang sampah sembarangan agar tidak terjadi banjir, apalagi dimusim hujan seperti sekarang ini. (Wina berbicara sambil gugup)
Siswa-siswa : “Ya ibu......”
Wina : ”Bagaimana tanggapan yang lainnya, coba menurut kamu Nisa?”
Nisa : ”Ya bu, sekarang kita memang harus menjaga lingkungan agar terbebas dari berbagai penyakit”
Wina : ”Ya bagus”.
Konselor : ”Wina sudah cukup bagus, silahkan kamu kembali ke tempat duduk (beri tepuk tangan untuk kita semua), bagaimana Wina setelah tadi berperan sebagai guru?”
Wina : ”Duh..............deg-degan banget bu”
Konselor : ”Ya kan itu baru belajar, nanti juga sudah terbiasa, tapi tadi Wina sudah cukup bagus”
Konselor : “Baik..., sekarang coba Nita bertukar peran dengan Wina! Wina menjadi siswa, sedangkan Nita sekarang mencoba berbicara di depan kelas sebagai Guru. Ayo Nita ke depan!
Nita : ”Eee...ssa...ya Bu?”
Konselor : ”Ya, kamu, ayo kamu pasti bisa!”
Nita : (Dengan ragu, mulai beranjak dari kursi dan menuju ke depan kelas, wajahnya terlihat cemas, tangannya mengepal)
Konselor : ”Ayo mulai!”
Nita : ”Bicara apa ya Bu?”
Konselor : “ Ya temanya sama seperti yang tadi tentang lingkungan hidup,
bagaimana sudah siap Nita?”
Nita : “Ya bu, Assalamualaikum...”
Siswa-siswa : “Waalaikumsalam”
Nita : “Seperti yang kita ketahui Bandung dikenal sebagai kota kembang yang sejuk dan asri, namun sekarang Bandung sudah menjadi kota yang penuh dengan sampah. Oleh karena itu kita sebagai warga Bandung harus bisa menjaga lingkungan di sekitar kita”

Konselor :”Sudah cukup, ayo tepuk tangan buat Nita”
(Siswa-siswa bertepuk tangan)
Konselor : “ Setelah tadi bertukar peran dengan Wina, bagaimana
perasaanmu Nita ?”
Nita : “Eee..awalnya saya kaget karena tiba-tiba disuruh ke depan, tapi
setelah itu saya sedikit berani berbicara di depan kelas meskipun
belum lancar”
Konselor : “Ya, tidak apa-apa, penampilan kamu sudah bagus. Memang
perlu waktu dan latihan yang cukup sering untuk bisa berbicara
lancar di hadapan orang banyak. Ibu yakin kamu pasti bisa!”
(Beberapa hari berlalu dan tahap demi tahap telah dilalui dengan proses
bimbingan kelompok dan semua siswa juga telah merasakan peran sebagai guru
dan siswa).
Fase Integrasi
Konselor : ”Dari pertemuan kita beberapa hari lalu, ibu mau bertanya apa yang kalian dapatkan dari kegiatan bermain peran itu?Coba menurut kamu Erni?
Erni : ”Seteslah saya mengikuti bimbingan kelompok ini, saya menjadi lebih berani ketika berbicara di depan umum”.
Konselor : ”Bagaimana kalau kamu Nita?”
Nita : ”Kalau saya sedikit ada peningkatan jadi lebih percaya diri kalau berbicara di depan orang banyak”.
Konselor : ”Bagaimana kamu ufie?”
Ufie : ”Sama seperti yang dikatakan teman-teman, saya menjadi lebih percaya diri”.
Konselor : ”Bagaimana kalian berdua?” (sambil menunjuk Nisa dan Wina)
Nisa & Wina : ”Sama bu seperti Nita, Erni dan Ufie”.
Konselor : ”Tampaknya kalian sudah bisa mengurangi sedikit demi sedikit kegugupan ketika berbicara di depan orang banyak. Mudahmudahan kegiatan kita ini dapat bermanfaat bagi kita semua”.
Siswa-siswa : ”Terima kasih Bu”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar